Menteri Israel Bersumpah Kerahkan Garda Nasional Selama Ramadhan di Kota Lod
Kota Lod adalah salah satu yang termiskin di Israel dan penuh dengan kejahatan.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Penduduk Palestina di kota Lod mendapat peringatan terhadap rencana Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir. Ia memiliki rencana mengerahkan unit-unit dari garda nasional yang baru dibentuk di berbagai kota.
Penyiar publik Kan Israel melaporkan unit tersebut akan mencakup beberapa lusin warga sipil dengan latar belakang militer, yang bertugas sebagai regu pengawas khusus. "Saya berterima kasih kepada perdana menteri karena telah menerima permintaan saya untuk pembentukan penjaga nasional dan penambahan ribuan petugas polisi," tulis Ben Gvir di Twitter, Senin (6/3/2023).
Unit garda nasional pertama ini kemungkinan akan dikerahkan di Lod, tenggara Jaffa, selama bulan suci Ramadhan di Muslim. Kota Lod adalah salah satu yang termiskin di Israel dan penuh dengan kejahatan.
Pada Mei 2021, di tengah ketegangan di Yerusalem Timur yang diduduki dan gejolak antara Hamas, Jihad Islam Palestina di Gaza dan Israel, ekstremis Yahudi dilaporkan menyerang warga Palestina di beberapa kota campuran, termasuk Lod, Acre dan Haifa.
Penduduk Lod Ghassan Munayer menggambarkan pasukan penjaga nasional merupakan pemukim yang diberi senjata, pelatihan dan legalitas, untuk berkeliaran di jalan-jalan dan memprovokasi orang Arab.
Dilansir di The New Arab, Rabu (8/3/2023), hampir 25 ribu dari 82 ribu penduduk kota ini adalah orang Arab Palestina. Beberapa pindah ke kota selama Nakba pada 1948. Namun, sebagian besar penduduk Yahudinya berasal dari Ethiopia dan bekas Uni Soviet, yang sedang berjuang dengan integrasi ekonomi dan sosial ke negara adopsi mereka.
Mantan anggota dewan kota Lod, Fidaa Shihade, mengkritik gagasan garda nasional. Ia mengutip prevalensi budaya senjata di antara orang Israel dan kurangnya mandat yang jelas untuk pasukan tersebut.
"Aku tidak menyebut mereka penjaga. Pada praktiknya, mereka adalah milisi untuk menghasut kerusuhan," kata dia.
Wanita yang menjadi anggota Koalisi Wanita Melawan Senjata ini menyebut kekuatan penjaga nasional tidak jelas. Shihade, yang nenek moyangnya diusir dari kota pesisir Askalan dan berakhir di Lod atau al-Lid, mengatakan ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota dewan kota. Hal itu setelah muncul kampanye penghasutan bersama terhadapnya yang dilakukan oleh sayap kanan Israel.
"Yang kami butuhkan adalah membangun kembali masyarakat Palestina di Lod dan memerangi kejahatan," ucap dia.
Hanya beberapa ratus orang Palestina di Lod yang menghindari kampanye pembersihan etnis oleh pasukan Zionis selama Nakba. Sekarang, sebagian besar penduduk Arabnya adalah pengungsi Badui dari Naqab (Negev) dan kota-kota terdekat, termasuk Jaffa.
Pada Mei 2021, ratusan pemukim Yahudi dari pemukiman Yitzhar di selatan Nablus di Tepi Barat yang diduduki, bergerak menuju Lod. Mereka melakukan serangan terhadap penduduk Palestina di sana.
Seorang warga Palestina dan Israel tewas selama kerusuhan di Lod pada Mei 2021 adalah Moussa Hassouneh yang berusia 31 tahun dan Yigal Yehoshua yang berusia 56 tahun.
Ghassan Mounayer menyebut, tujuan hadirnya garda nasional adalah untuk mengobarkan pertempuran melawan orang Arab. Mereka dikerahkan untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu mendesak, seperti pengadilan korupsi Netanyahu dan perubahan peradilan di Israel dan menyerang Suriah dan Iran.
Sedikitnya, 63 warga Palestina dan 14 warga Israel telah dilaporkan tewas sejak awal tahun, dengan aksi kekerasan yang tampaknya belum menunjukkan ujungnya. Pada Senin malam, pemukim Yahudi dilaporkan kembali menyerang kota Huwara. Satu video menunjukkan tentara dan pemukim Israel menari mengikuti musik Purim di kota, saat warga Palestina dan toko-toko diserang.
Pada 26 Februari, puluhan pemukim Yahudi yang kejam membakar rumah, mobil dan pohon di Huwara. Seorang warga Palestina, Ousama Aqtash, tewas dalam serangan para pemukim. Kemarahan para pemukim Israel ini dipicu pembunuhan dua pemukim Yahudi di daerah tersebut. Seorang jenderal tentara Israel menyebut peristiwa di Huwara sebagai 'pogrom'.