Mengapa Berkhayal Bisa Jadi Penyakit Berbahaya? Ini Penjelasan Syekh Ibnu Athaillah

Terlalu banyak berkhayal akan menumbuhkan penyakit dalam hati

Republika/Lintar Satria
Anak nelayan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Fahmi dan Iki berkhayal Hancurkan rumahnya Gubernur DKI Basuki Tjatjah Purnama atau Ahok, Selasa (19/4).
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari menerangkan bahwa khayalan bisa menjadi penyakit yang sangat berbahaya jika tanpa dibarengi aksi nyata. Bayangkan, seseorang yang menginginkan sukses dan surga.

Baca Juga


Tapi pekerjaan sehari-harinya hanya berkhayal menjadi sukses dan masuk surga, tanpa dibarengi dengan usaha untuk sukses dan ibadah agar masuk surga. Tentu sukses dan surga hanya menjadi angan-angan kosong.

الرَّجَاءُ مَا قَارَنَهُ عَمَلٌ، وَإِلاَّ فَهُوَ أُمْنِيةٌ "Harapan adalah sesuatu yang diikuti oleh amalan. Jika tidak maka ia hanyalah angan-angan." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam)

Penyakit yang paling berbahaya bagi orang yang ingin sukses adalah khayalan tanpa aksi. Berapa banyak orang yang memimpikan sesuatu yang besar dan agung, namun tidak ada aksinya sehingga cita-cita itu hanya berada dalam penjara angan-angan belaka. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendapati seorang miskin yang berhasrat menjadi orang kaya dan memperbaiki taraf hidup. 

Namun, karena tidak ada aksi, akhirnya ia hanya merasa dan terus-menerus mencicipi derita kemiskinan. Jika ingin sukses maka buatlah rencana secara matang, kemudian realisasikan. Begitu juga halnya dalam ibadah. 

Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah 

Jika kamu menginginkan surga atau menjadi hamba yang dicintai-Nya, kemudian kamu hanya duduk-duduk merenung belaka tanpa mau mengerjakan amal sholeh, tentu hal itu tidak ada gunanya. Bahkan kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang bejat dan tidak menggunakan akal. 

Jika akal kamu berfungsi dengan baik, tentu kamu tidak larut dalam mimpi-mimpi kosong. Padi di sawah tidak akan tumbuh, kecuali harus ditanam terlebih dahulu. Ingatlah, berharaplah dan bermimpilah, setelah itu beramallah. 

Hal ini dijelaskan Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh penyusun syarah dan penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017.    

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler