Mengapa Berkhayal Bisa Jadi Penyakit Berbahaya? Ini Penjelasan Syekh Ibnu Athaillah
Terlalu banyak berkhayal akan menumbuhkan penyakit dalam hati
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari menerangkan bahwa khayalan bisa menjadi penyakit yang sangat berbahaya jika tanpa dibarengi aksi nyata. Bayangkan, seseorang yang menginginkan sukses dan surga.
Tapi pekerjaan sehari-harinya hanya berkhayal menjadi sukses dan masuk surga, tanpa dibarengi dengan usaha untuk sukses dan ibadah agar masuk surga. Tentu sukses dan surga hanya menjadi angan-angan kosong.
الرَّجَاءُ مَا قَارَنَهُ عَمَلٌ، وَإِلاَّ فَهُوَ أُمْنِيةٌ "Harapan adalah sesuatu yang diikuti oleh amalan. Jika tidak maka ia hanyalah angan-angan." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam)
Penyakit yang paling berbahaya bagi orang yang ingin sukses adalah khayalan tanpa aksi. Berapa banyak orang yang memimpikan sesuatu yang besar dan agung, namun tidak ada aksinya sehingga cita-cita itu hanya berada dalam penjara angan-angan belaka.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendapati seorang miskin yang berhasrat menjadi orang kaya dan memperbaiki taraf hidup.
Namun, karena tidak ada aksi, akhirnya ia hanya merasa dan terus-menerus mencicipi derita kemiskinan. Jika ingin sukses maka buatlah rencana secara matang, kemudian realisasikan. Begitu juga halnya dalam ibadah.
Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah
Jika kamu menginginkan surga atau menjadi hamba yang dicintai-Nya, kemudian kamu hanya duduk-duduk merenung belaka tanpa mau mengerjakan amal sholeh, tentu hal itu tidak ada gunanya. Bahkan kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang bejat dan tidak menggunakan akal.
Jika akal kamu berfungsi dengan baik, tentu kamu tidak larut dalam mimpi-mimpi kosong. Padi di sawah tidak akan tumbuh, kecuali harus ditanam terlebih dahulu. Ingatlah, berharaplah dan bermimpilah, setelah itu beramallah.
Hal ini dijelaskan Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh penyusun syarah dan penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017.