LPB MUI: Yang Ditakuti Saat Ini adalah Perubahan Iklim

Perubahan iklim menjadi ancaman bagi dunia internasional

AP Photo/Tony Hicks
Ilustrasi perubahan iklim. Perubahan iklim menjadi ancaman bagi dunia internasional
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana Majelis Ulama Indonesia (LPB MUI), Prof Mohammad Jafar Hafsah, mengatakan pada era saat ini yang paling dikhawatirkan diseluruh dunia adalah perubahan iklim yang mengakibatkan frekuensi kenaikan bencana alam, akan naik secara drastis. Akibatnya, bisa berdampak signifikan terhadap keselamatan manusia. 

Baca Juga


"Yang ditakuti saat ini dunia adalah perubahan iklim. Itu yang ditakuti. Bukan perang, bukan pandemi, melainkan perubahan iklim yang akan menyebabkan kenaikan frekuensi bencana alam yang akan naik secara drastis," ujar Jafar dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (8/3/2023). 

Jafar Hafsah mencatat, Indonesia saat ini menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara paling rawan bencana. Pada 2010 lalu kejadian bencana di Tanah Air sebanyak 1.945 kali dan jumlah itu naik 81 persen pada 2022 menjadi 3.544. 

Karena itu, menurut dia, perlu adanya kolaborasi semua stakeholder guna mengantisipasi banyaknya korban jiwa yang jatuh akibat bencana. 

"Kolaborasi lembaga penanggulangan bencana yang ada di semua ormas keagamaan yang ada di MUI dan peningkatan kapasitas relawan dengan melibatkan pemerintah," ucap Jafar. 

Jafar menjelaskan, kolaborasi itu diperlukan guna kesiapsiagaan guna mengantisipasi banyaknya korban jiwa dan kerugian material yang dialami warga negara Indonesia. 

Tidak hanya itu, sikap selalu siaga dan waspada, baik dalam pra bencana, tanggap darurat maupun pascabencana, merupakan bagian terpenting yang tidak boleh dilupakan. 

"Siaga dan waspada menjadi kunci baik tahap pra bencana pada tahap tanggap darurat maupun pasca bencana," kata dia. 

Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah

Dia pun menjelaskan pentingnya kolaborasi semua lembaga keagamaan untuk memperkuat kesiapsiagaan dan mitigasi sebelum terjadi bencana. 

"Jangan cuman sibuk pas terjadi bencana, pada masa tanggap darurat saja. Padahal pra bencana atau mitigasi bencana adalah hal yang utama dilakukan," jelas Jafar. 

Selain itu, dia juga meminta semua lembaga penanggulangan bencana lebih aktif melibatkan masyarakat agar lebih tangguh dalam menghadapi dan mengantisipasi potensi bencana serta meminimalkan kerugian akibat bencana. 

Jafar menambahkan, MUI juga mendorong semua lembaga penanggulangan bencana yang ada di ormas Islam, bersatu guna memberikan   pelatihan-pelatihan kepada masyarakat untuk langkah-langkah antisipasi. "Ini harus menjadi prioritas untuk meminimalisasi korban maupun kerugian," ucap Jafar.    

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler