Sulit Hamil? Coba Cek, Jangan-Jangan Anda Alami Endometriosis
Endometriosis sering kali membuat perempuan sulit hamil.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Endometriosis menjadi penyakit yang bisa mengganggu kualitas hidup perempuan. Ini merupakan pertumbuhan abnormal lapisan dinding dalam rahim (endometrium).
Gangguan tersebut juga merupakan penyakit kronis hormonal dependen. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Pondok Indah – IVF Centre, Moh Luky Satria Syahbana Marwali mengatakan sekitar 30-50 persen penderita endometriosis mengalami gangguan kesuburan.
"Sebanyak 10 persen wanita menderita endometriosis, dibanding 7,7 persen asma dan 9,4 persen diabetes, jadi ini perlu menjadi perhatian," kata dr Luky di Jakarta, Senin (6/3/2023).
Dampak buruk dari endometriosis ialah mempngaruhi kualitas sel telur, cadangan sel telur, proses pembuahan, kualitas embrio, dan implantasi. Penderitanya juga sering kali sampai berhenti bekerja gara-gara sering menahan nyeri haid.
Kondisi ini juga dapat berdampak pada fisiologi hubungan intim dengan suami. Selain pada kandungan, endometriosis bisa menimbulkan masalah di organ lainnya, seperti saluran kemih atau ginjal. Kondisinya semakin lama, semakin memburuk.
"Operasi di usia 20 tahun sama 30 tahun itu beda. Kalau 20 tahun misalnya masih ringan kista doang, tapi sudah 35 ke atas apalagi 40 tahun jadi progresif makin memburuk," kata dokter yang juga konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi tersebut.
Endometriosis akan terus tumbuh terus selama penderitanya belum menopause. Itu bisa tumbuh pada rahim, usus, dan yang paling sering diketahui orang adalah kista.
Endometriosis bukan hanya kista. Semua jenisnya sangat sering ditemukan bersamaan dan sangat jarang hanya ditemukan satu jenis endometriosis pada satu pasien. Jenis endometriosis, antara lain kista, adenomyosis, deep sndometriosis, dan superficial (paling sulit didiagnosis).
Endometriosis jarang ditemukan hanya satu jenis pada pasien. Hanya 15 persen yang murni kista, sisanya ditemukan bersamaan dengan jenis lain.
Keluhannya bukan hanya nyeri haid. Sering kali, penderita endometriosis tidak berobat ke dokter, padahal mereka bisa sampai pingsan ketika mestruasi.
Mereka hanya datang ke Unit Gawat Darurat (IGD), tapi tidak memeriksaan diri ke dokter. Saat kondisinya dirasa sudah sangat parah, barulah mereka ke dokter.
"Bagusnya pas lagi haid periksa. Kebanyakan kalau sudah gangguan kesuburan baru ke dokter," kata dr Luky.
Diagnosis endometriosis dapat dilakukan melalui USG transvaginal atau transrektal dan MRI. Penanganan utamanya adalah dengan terapi hormonal jangka panjang.
Operasi hanya dilakukan jika gagal terapi hormonal atau untuk meningkatkan keberhasilan program hamil (promil). Sebaiknya tidak menunda promil jika sudah diketahui menderita endometriosis.