Betulkah Konsumsi Kedelai Bisa Tingkatkan Risiko Endometriosis?
Sebanyak 30-50 persen penderita endometriosis mengalami gangguan kesuburan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Endometriosis merupakan permasalahan kesehatan reproduksi yang cukup umum dialami oleh perempuan Indonesia. Penyebab endometriosis bisa bermacam-macam, dan kadang tidak diketahui pemicunya.
Secara umum, ada faktor genetik, pencetus dan faktor risiko endometriosis, baru kemudian muncul gejala. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Pondok Indah – IVF Centre di Jakarta, dr Moh Luky Satria Syahbana Marwali, mengatakan konsumsi kedelai pada ibu hamil, menjadi salah satu faktor risiko endometriosis pada anak perempuan.
Jika seorang wanita yang memiliki turunan atau bawaan endometriosis mengonsumsi soya saat hamil anak perempuan, maka sangat tinggi kemungkinan anaknya kelak mengalami endometriosis. Itu artinya, faktor genetik turut berperan.
"Jadi faktor genetik plus faktor pencetus, tapi kalau nggak ada faktor genetiknya, tidak perlu menghindari soya," kata dr Luky di Jakarta, Senin (6/3/2023).
Soya mengandung fitoestrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Dokter Luky mengatakan ada penelitian yang memeriksa hubungan soya dengan endometriosis.
Hanya saja, studi itu belum konklusif karena pemeriksaan pada lab jaringan memiliki hasil yang berbeda-beda pada manusia dan juga tikus. Jadi, hasil pemeriksaan di laboratorium masih tidak meyakinkan.
"Kalau misal ngomong zat apa yang bahaya dari soya, pas dilihat fitoestrogennya macam-macam, ada isoplavon, tapi pada tikus dan manusia hasilnya berbeda," jelas dr Luky.
Penelitan kohort pada manusia atau diikuti terus menerus pada ibu hamil yang meminum soya pernah dilakukan hingga memantau saat anaknya tumbuh besar. Tetapi, hasilnya masih belum konsisten.
"Lagian saat hamil itu kan estrogennya sudah tinggi, ngapain minum soya?" kata dia.
Sementara itu, belum ada penelitian pada tahu dan tempe yang merupakan makanan berbasis soya. Sejauh ini, belum ada publikasi ilmiah mengenai gaya hidup atau makanan tertentu yang dianggap bisa meminimalkan endometriosis.
Tetapi, olahraga setidaknya dapat membantu mengurangi nyeri saat menstruasi. Endometriosis juga tidak menyebabkan kematian, kecuali ada kista yang ganas.
"Tidak ada orang meninggal karena endometriosis, cuma menderita saja kali tiap bulan (saat nyeri haid)," kata dia.
Sebanyak 30-50 persen penderita endometriosis mengalami gangguan kesuburan. Keluhan pada penderitanya bukan hanya nyeri haid, tetapi bisa mencakup nyeri buang air kecil, buang air besar d,an yang paling ditakuti adalah volume menstruasi banyak serta sulit hamil.
Tanda yang termasuk paling tidak jelas adalah cepat merasa lelah. Ciri-ciri lainnya, seperti nyeri pinggang, kembung, depresi, perdarahan, sakit kepala, mual, hingga nyeri saat berhubungan. Keluhan endometriosis juga diibaratkan seperti puncak gunung es, karena bukan hanya nyeri haid, tetapi juga diikuti tanda lainnya.