Kesabaran

Anda mampu namun Anda tidak melakukannya untuk sesuatu yang lebih baik.

dokpri
Erik Hadi Saputra
Red: Fernan Rahadi

Oleh : Erik Hadi Saputra*

REPUBLIKA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, pekan ketiga bulan Februari 2023, salah satu mahasiswa bimbingan skripsi saya terlihat menangis di ruangan setelah mengikuti ujian pendadaran. Mulanya saya berpikir dia berharap cemas mengenai nilai yang diperoleh. Namun ternyata sehari sebelumnya ada persoalan dengan tetangganya yang begitu meremehkan orang tuanya.


Rasa tidak menerima perlakuan seperti itu terlihat dari raut wajahnya. Ekpresi dan penegasan kalimat yang dia utarakan begitu jelas. Keinginan membuktikan bahwa mereka bisa lebih baik suatu saat nanti tergores dalam cita-cita besarnya. Saya pun berharap semoga itu bisa menjadi motivasi positif untuknya. 

Namun jika yang muncul adalah kebencian belaka, sebaiknya dia kuat untuk melupakannya saja, dan maafkanlah kejadian itu. Walaupun saya yakin melupakan itu tidaklah mudah.

Sebenarnya kita boleh, bahkan berhak untuk membalasnya setimpal. Sama seperti yang orang itu lakukan. Namun memberi maaf itu akan lebih baik dan itu menunjukkan akhlak seseorang. Kesabaran membuat diri anda berbeda.

Anda bisa menahan diri untuk melakukan sesuatu yang bisa anda lakukan. Anda mampu namun Anda tidak melakukannya untuk sesuatu yang lebih baik, itulah kesabaran. Contoh ketika seseorang kakinya diinjak di transportasi umum. Orang itu mau marah namun mengurungkan niatnya karena yang menginjak kakinya seorang tentara, hehe. Apakah itu sabar? Jelas bukan, itu adalah rasa takut. Sabar itu ketika Anda mampu membalasnya namun Anda lebih memilih memaafkannya.

Suatu ketika Anda menerima perkataan yang membuat diri anda insecure (keadaan tidak percaya diri atau tidak ada kepastian dalam diri sendiri). Seseorang mengatakan Anda gemuk. Belum sempat menjawabnya satu teman lagi menimpali dan semakin menguatkan kalau anda memang gemukan.

Saat jam makan siang, Anda mengurungkan niat ketika diajak makan. Anda menolak ajakan itu karena semakin takut kegemukan. Anda tidak menyadari yang Anda lakukan justru tidak baik bagi tubuh anda.

Tidak ada salahnya menikmati makanan itu walau secara porsi Anda menguranginya. Jika anda memang ingin lebih sehat dan kegalauan insecure itu berkurang, sebaiknya Anda melakukan shaum.

Shaum berarti anda tidak hanya mencegah (menahan) makan dan minum serta bergaul dengan istri/suami, tetapi juga mencegah berbicara, mendengar, melihat dan bahkan menjauhkan pikiran dari hal-hal yang merusak ibadah puasa.

Menurut Prof M Quraish Shihab, puasa juga bermakna sabar. Anda  bisa makan namun Anda tidak lakukan. Anda bisa minum tetapi Anda juga tidak lakukan. Anda bisa berbicara kasar bahkan marah karena situasi tertentu namun Anda tidak lakukan. Bahkan mendengar informasi yang negatif saja dari rekan atau orang lain Anda tidak mau.

Sebenarnya Anda bisa melakukannya. Bahkan sangat bisa, tinggal makan saja dan minum saja. Toh, juga tidak ada yang tahu dan memperhatikan Anda. Namun mengapa Anda tidak juga mau melakukannya? Mengapa Anda menahan diri? Jawabannya jelas, karena Anda lebih memilih untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. 

Pembaca yang kreatif, banyak wujud kesabaran yang bisa Anda jadikan sebagai penguat diri anda. Kesabaran dalam pekerjaan, bisnis, dan kegiatan lain yang Anda siapkan sebagai karya. Tentunya Anda perlu memahami bahwa kesabaran itu mewujudkan keaktifan.

Diawali niat yang kuat, dan dilanjutkan usaha yang maksimal. Setelah itu barulah bersandar atas kesabaran proses bahkan hasil dari yang Anda lakukan itu. Ingat jugalah seseorang mungkin hanya bisa berkomentar terhadap apa yang Anda lakukan dan berkomentar atas belum terlihatnya hasil usaha Anda.

Tahukan Anda perbedaan pribadi optimistis dan pesimistis? Pribadi yang pesimistis ibarat gelas berisi air yang tidak penuh. Hanya melihat sisi kosongnya. Yang dia bisa lihat hanyalah kekurangan dari yang ada. Komentarnya jelas, “Wah masih kurang separuh ini."

Namun berbeda halnya dengan pribadi optimistis, pribadi yang selalu melihat sisi yang terisi dalam gelas. Dia mensyukuri apa yang telah dia peroleh, dan melanjutkan usaha penuh kesabaran meraih kesuksesan berikutnya. Sehat dan teruslah terinspirasi.

*Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan  Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler