Jajanan Manis Ada di Mana-Mana, Anak Berisiko Diabetes Tipe 2

Belum ada aturan terkait pembatasan gula pada jajanan yang dikonsumsi anak.

Republika/Thoudy Badai
Anak membeli jajanan minuman berasa di Jakarta, Selasa (28/2/2023). Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat terdapat 1.645 anak di Indonesia yang menderita diabetes pada Januari 2023 atau meningkat 70 kali lipat sejak tahun 2010. Salah satu faktor pemicu itu adalah karena jajanan manis yang sering dikonsumsi anak. Perlunya pendampingan dan pengawasan orang tua terhadap anak untuk menjaga pola makan yang sehat dengan pembatasan konsumsi gula.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kasus diabetes pada anak usia 0 hingga 14 tahun pada 2023 meningkat 70 kali lipat dibandingkan pada 2010.  Meningkatnya kasus diabetes tipe 2 pada anak disebabkan berbagai pemicu.

Salah satu pemicu itu adalah faktor jajanan yang ada di lingkungan sekitar. Sejauh ini, tak ada aturan terkait pembatasan gula pada jajanan yang dikonsumsi anak.

Baca Juga



Siswa kelas enam SD bernama Anindya (11), misalnya, mengaku sering minum minuman manis yang mudah didapatnya di kantin sekolahnya di Kabupaten Tangerang, Banten. Minuman manis tersebut dijual dengan harga mulai dari Rp1.000.

"Enggak dilarang kok (sama orang tua)," kata Anindya di Tangerang, beberapa waktu lalu.

Anindya jajan minuman manis setiap hari. Tak hanya Anindya, teman-temannya pun juga kerap mengonsumsi minuman jenis serupa.

Minuman manis itu awalnya dalam bentuk saset dan kemudian diberi air dan tambahan es batu. Minuman tersebut dengan mudah dapat ditemukan tidak hanya di kantin sekolah tetapi juga di luar kantin

Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, mengatakan jajanan yang tidak bergizi, misalnya yang kaya akan gula serta karbohidrat, memang dengan mudah ditemukan di sekitar anak. Dalam jangka panjang akan berdampak pada kesehatan anak.

"Makanan yang minim nutrisi tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit sindrom metabolik," kata Piprim di Jakarta, beberapa waktu

Sindrom metabolik merupakan gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan yang berkaitan dengan berbagai peningkatan risiko penyakit diantaranya penyakit jantung, strok, dan diabetes. Tak hanya minuman manis dengan harga murah yang mudah ditemukan.

Minuman manis boba dengan harga premium juga kaya akan kandungan gula. Studi nutrisi yang diterbitkan National Center for Biotechnology Information (NCBI) menunjukkan satu gelas minuman kekinian dengan ukuran 473 ml melebihi batas atas asupan gula tambahan yang direkomendasikan oleh Komite Penasihat Pedoman Diet Amerika Serikat (AS) 2015.

Satu gelas minuman boba tersebut dapat menghasilkan total kalori jauh di atas 16 persen dari total asupan energi. Begitu juga dengan es krim kekinian yang saat ini menjamur dan mudah ditemukan di berbagai daerah. Dalam satu gelas minuman boba sundae terkandung dari 260 takaran saji, memiliki kandungan kalori 364 kkal.

Selain itu, makanan tinggi kadar lemak juga mudah ditemukan di sekitar anak. Para orang tua dengan mudah menyajikannya dengan alasan praktis.

Piprim menjelaskan, jika anak sedari awal terus menerus diberi makanan tinggi indeks glikemik, maka dapat secara cepat meningkatkan gula darah dan menurunkannya kembali secara drastis. Dampaknya insulin akan diproduksi terus menerus dan tinggi kadarnya di dalam darah dan mengakibatkan pankreas bekerja ekstra dan menyebabkan diabetes.

Gaya hidup yang kurang bergerak seperti bermain gawai, juga turut mempengaruhi kesehatan anak serta mempercepat terjadinya penyakit generatif, penuaan dini karena terjadinya inflamasi kronik. Tak heran,, diabetes tipe 2 yang biasanya dialami orang dewasa berusia 40 tahun ke atas, kini juga banyak menyerang remaja.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler