10 Hari Kurangi Konsumsi Gula, Tekanan Darah Tinggi Bisa Turun
Konsumsi gula ada kaitannya dengan masalah hipertensi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain garam, mengurangi asupan gula juga bisa membawa manfaat bagi penderita hipertensi. Dengan mengurangi asupan gula selama minimal 10 hari, tekanan darah bisa mengalami penurunan.
Manfaat ini diungkapkan oleh sebuah studi dalam jurnal Obesity. Studi ini melibatkan 43 anak bertubuh obesitas sebagai partisipan. Sebanyak 27 anak di antaranya merupakan keturunan Latin dan 16 anak lainnya merupakan keturunan Afrika Amerika. Anak-anak ini memiliki rentang usia 8-18 tahun.
Dalam keseharian, anak-anak ini terbiasa mengonsumsi gula dalam jumlah yang tinggi. Jumlah gula yang mereka konsumsi sudah melebihi angka 15 persen dari total kebutuhan kalori harian.
Selama studi berlangsung, tim peneliti meminta anak-anak ini untuk mengurangi konsumsi gula mereka menjadi hanya 10 persen dari total kebutuhan kalori harian. Namun, anak-anak ini masih diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan berzat pati seperti bagel, pasta, atau makanan kurang sehat seperti keripik dan pizza.
Setelah sembilan hari menjalani perubahan pola makan ini, tim peneliti melakukan pengukuran terhadap tekanan darah serta kolesterol para partisipan. Hasil studi menunjukkan adanya penurunan tekanan darah dan juga kolesterol setelah anak-anak obesitas mengurangi asupan gula mereka.
Studi ini memang masih berskala kecil dan perlu ditindaklanjuti dengan studi yang lebih besar. Terlepas dari itu, konsumsi gula sudah cukup lama dikaitkan dengan masalah hipertensi dalam berbagai studi.
Konsumsi gula berlebih bisa meningkatkan risiko hipertensi melalui beragam cara. Salah satunya, efek utama dari konsumsi gula berlebih adalah kenaikan berat badan. Kondisi ini merupakan salah satu faktor risiko dari hipertensi.
"(Penambahan berat badan) merupakan sebuah faktor risiko untuk tekanan darah tinggi," jelas Medical Director GlowBar, Joseph Ambani, seperti dilansir Express, Rabu (8/3/2023).
Asupan gula berlebih juga dapat meningkatkan peradangan atau inflamasi yang terjadi di dalam tubuh. Peningkatan peradangan telah terbukti menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya tekanan darah tinggi.
Bila hipertensi sudah terjadi, penderita bisa memiliki risiko yang lebih besar terhadap beragam masalah kesehatan. Beberapa di antaranya adalah strok dan serangan jantung.
Ironisnya, hipertensi bisa terjadi tanpa memunculkan gejala yang signifikan. Hal ini kerap membuat sebagian penderita hipertensi baru menyadari kondisi mereka setelah mengalami komplikasi serius.
Membatasi Asupan Gula Tambahan
Gula alami yang terdapat di dalam buah dan sayur umumnya dianggap menyehatkan. Akan tetapi, olahan buah seperti minuman jus buah bisa memiliki kandungan gula tambahan yang tinggi sehingga tak direkomendasikan.
"Minum terlalu banyak jus buah bisa menyebabkan kenaikan berat badan dan peningkatan risiko masalah kesehatan seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung," ujar Ambani.
Kandungan gula tambahan yang tinggi juga bisa ditemukan dalam beragam makanan gurih dan atau produk makanan dan minuman yang tampak menyehatkan. Beberapa contoh produk yang kerap memiliki kandungan gula tinggi adalah saus pasta, yoghurt, saus tomat, saus barbeque, dressing salad, serta granola bar.
Menurut Blood Pressure UK, kandungan gula tambahan dalam beragam produk makanan dan minuman ini membuat orang dewasa bisa dengan mudah mengonsumsi gula secara berlebih. Kandungan gula dalam satu kaleng minuman manis misalnya, bisa mencapai lebih dari 30 gram gula.
Hal ini cukup memprihatinkan karena batas asupan gula yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan RI adalah 50 gram per hari. Di Inggris, batasan asupan gula bahkan jauh lebih rendah, yaitu hanya 5 persen dari total kebutuhan kalori harian atau sekitar 30 gram per hari. Agar asupan gula harian bisa tetap terkontrol, orang-orang disarankan untuk rajin membaca label nilai gizi dalam kemasan makanan.