Runtuhnya Silicon Valley Bank Berdampak ke Startup dan Keuangan di Cina
Kondisi SVB sekarang memicu kekhawatiran di kalangan pemodal ventura.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) Financial Group juga memberikan dampak ke perusahaan startup dan bisnis ventura Cina. Pasalnya, SVB selaku pemberi pinjaman adalah jembatan antara modal Amerika Serikat (AS) dan pengusaha Cina.
Diketahui, saham SVB sudah dihentikan pada Jumat lalu. Sedangkan saham bank menengah AS lainnya semakin rugi besar akhir-akhir ini. Indeks bank regional S&P 500 turun 4,3 persen, membawa kerugiannya pekan ini menjadi 18 persen atau terburuk sejak 2008.
SVB diketahui membangun bisnisnya dengan mendukung perusahaan startup dan bisnis ventura di, termasuk perusahaan teknologi dari Cina. Sistem daring yang diterapkan SVB saat membuka akun mempermudah perusahaan di luar AS untuk membuka akun di SVB.
Menurut salah satu pendiri startup teknologi Cina yang tidak mau disebut namanya, kondisi SVB sekarang memicu kekhawatiran di kalangan pemodal ventura dan perusahaan rintisan lain di Cina. Sumber tersebut mengaku pernah memiliki puluhan juta dolar AS di SVB.
"Sejak jatuhnya SVB, kami memindahkan sebagian besar dana, namun kami masih memiliki lebih dari 250 ribu dolar AS di SVB," kata dia dikutip dari CNBC, Selasa (14/3/2023).
Lebih lanjut ia mengatakan, kemudahan yang ditawarkan SVB sebenarnya sangat diminati para pengusaha startup dan bisnis ventura di Cina. Karena, untuk membuka akun di SVB bisa dalam waktu sepekan.
"Sementara untuk membuka akun di bank besar di Cina seperti Standard Chartered, HSBC, Citi memiliki aturan yang ketat dan butuh waktu lama bieq sampai tiga sampai enam bulan," ungkapnya.
Sumber CNBC lainnya yang mendirikan perusahaan fintech dan dua perusahaan teknologi mengatakan pembukaan rekening yang cepat untuk perusahaan starup dan pemodal ventura menjadi kelebihan dari SVB. Hal ini karena bank mengizinkan investor untuk melihat dan menyetujui bagaimana startup menggunakan dana mereka. pada pembukaan rekening yang cepat untuk startup dan visibilitas untuk pemodal ventura.
"Kalau tidak ada SVB, itu akan merugikan industri teknologi karena tidak ada bank lain yang menyediakan dua fitur ini,” kata sumber itu.
Memiliki rekening bank dengan SVB memungkinkan perusahaan rintisan yang berbasis di Cina untuk memanfaatkan dana dari investor yang berbasis di AS, dengan meninjau langsung penawaran umum di AS. Terlebih, dalam dua tahun terakhir, pemerintah Cina memperketat aturan IPO di luar negeri bagi perusahaan teknologi.
Hingga kini, belum diketahui secara pasti berapa banyak perusahaan startup di Cina yang memiliki akun SVB. Namun, sumber CNBC mencatat banyak startup yang berbasis di Cina dengan pendanaan VC AS cenderung memulai dengan rekening bank di SVB.
Dalam keterangan resminya , perusahaan bioteknologi yang berbasis di Shanghai, Zai Lab mengatakan, pada akhir Desember, sekitar 2,3 persen dari sekitar 1,01 miliar dolar AS dalam bentuk kas dan setara kas disimpan di SVB. Sebagian besar berada di JPMorgan Chase, Citigroup dan Bank of China (Hong Kong).
Perusahaan biotek lain bernama Everest Medicines mengatakan, terdapat kurang dari satu persen kasnya yang disimpan di SVB. Ia pun berharap bisa segera memulihkan sebagian besar simpanannya di bank melalui US Federal Deposit Insurance Corporation.
Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengatakan deposan yang diasuransikan dapat mengakses simpanan mereka selambat-lambatnya Senin pagi waktu setempat. Untuk setiap kategori kepemilikan standarnya mencakup hingga 250 ribu dolar AS per deposan, per bank. Namun, hal yang sangat disayangkan. sebagian besar simpanan yang dipegang oleh SVB tidak diasuransikan.
"Deposan yang tidak diasuransikan akan mendapatkan sertifikat penerima untuk saldo mereka," kata FDIC.