ICC Keluarkan Surat Penangkapan Putin dan Reaksi Keras Moskow 

Moskow mengkritik keras surat penangkapan Putin dari ICC

EPA-EFE/MIKHAIL METZEL/SPUTNIK/KREMLIN
Presiden Rusia Vladimir Putin. Moskow mengkritik keras surat penangkapan Putin dari ICC
Rep: Dwina Agustina Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM – Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (17/3/2023).  

Baca Juga


Badan ini menuduh pemimpin Rusia mendeportasi paksa anak-anak Ukraina dan tindakan tersebut adalah kejahatan perang. 

Pengumuman tersebut memicu tanggapan marah dari Moskow. Juru bicara Istana Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Rusia menemukan sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh ICC bersifat eterlaluan dan tidak dapat diterima. Dia mengatakan, setiap keputusan pengadilan telah batal dan tidak berlaku sehubungan dengan Rusia, seperti Amerika Serikat (AS), dan Cina, bukan anggota ICC. 

"Yankees, lepas tangan Putin!" tulis Ketua parlemen Vyacheslav Volodin, sekutu dekat presiden di Telegram. 

"Kami menganggap setiap serangan terhadap Presiden Federasi Rusia sebagai agresi terhadap negara kami," katanya. 

Pengadilan juga mengeluarkan surat perintah untuk Komisaris Hak Anak Rusia Maria Lvova-Belova atas tuduhan yang sama. 

Jaksa ICC Karim Khan mulai menyelidiki kemungkinan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida di Ukraina setahun yang lalu. 

Dia mengatakan dia melihat dugaan kejahatan terhadap anak-anak dan penargetan infrastruktur sipil. 

Putin adalah presiden ketiga yang telah dikeluarkan surat perintah penangkapan oleh ICC. Kemungkinan tidak akan diadili dalam waktu dekat.  

Tapi surat perintah itu berarti pemimpin Kremlin ini dapat ditangkap dan dikirim ke Den Haag jika dia bepergian ke negara anggota ICC mana pun. 

"Ini membuat Putin menjadi paria. Jika dia bepergian, dia berisiko ditangkap. Ini tidak akan pernah hilang. Rusia tidak dapat memperoleh keringanan sanksi tanpa mematuhi surat perintah," kata mantan duta besar Amerika Serikat untuk kejahatan perang Stephen Rapp. 

Warga ibu kota Rusia menyatakan ketidakpercayaannya atas berita tersebut. "Putin! Tidak ada yang akan menangkapnya," kata seorang pria yang hanya menyebut namanya sebagai Daniil.  

Rusia tidak menyembunyikan kegiatan yang membawa ribuan anak Ukraina ke Rusia. Namun Moskow menampilkannya sebagai kampanye kemanusiaan untuk melindungi anak yatim piatu dan anak-anak terlantar di zona konflik. 

Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, langkah itu akan mengarah pada pertanggungjawaban bersejarah. Dia menyatakan bahwa deportasi merupakan kebijakan kejahatan negara yang dimulai tepat oleh pejabat tinggi Moskow 

Pasukan Moskow telah dituduh melakukan berbagai pelanggaran selama invasi ke tetangganya. Sebelumnya badan investigasi mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang pekan ini menggambarkan tentara membuat anak-anak menonton orang yang dicintai diperkosa. 

Moskow telah berulang kali membantah tuduhan bahwa pasukannya telah melakukan kekejaman selama operasi militer khusus. 

Berita tentang surat perintah penangkapan datang menjelang kunjungan kenegaraan yang direncanakan  minggu depan oleh Presiden Cina Xi Jinping ke Rusia.

 

Pertemuan keduanya kemungkinan akan memperkuat hubungan yang lebih dekat antara Rusia dan Cina saat hubungan antara Rusia dan Barat mencapai titik terendah baru. 

Beijing dan Moskow menjalin kemitraan tanpa batas sebelum invasi. Kondisi itu membuat para pemimpin Amerika Serikat dan Eropa khawatir China mungkin mengirim senjata ke Rusia. 

China membantah rencana semacam itu, mengkritik pasokan senjata Barat ke Ukraina, yang akan segera meluas ke jet tempur setelah Polandia dan Slovakia minggu ini menyetujui pengiriman. Kremlin mengatakan jet akan dihancurkan dan tidak mengubah arah konflik. 

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada Jumat (16/3/2023), bahwa Amerika Serikat memiliki kekhawatiran mendalam. Washington khawatir Beijing  mungkin mencoba untuk mempromosikan gencatan senjata karena saat ini tidak akan mengarah pada perdamaian yang adil dan abadi antara Kiev dan Moskow. 

Bakhmut telah menjadi pertempuran infanteri paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia II. Pasukan Rusia telah merebut bagian timur kota itu tetapi sejauh ini gagal mengepungnya. 

Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah

Pasukan Rusia juga melakukan empat serangan udara di kota garis depan Avdiivka di selatan Bakhmut pada Jumat.  "Kota ini dikupas hampir sepanjang waktu," tulis kepala staf kepresidenan Ukraina di Telegram.  

Rusia membantah dengan sengaja menyerang warga sipil tetapi mengatakan telah menyerang infrastruktur untuk menurunkan militer Ukraina. 

 

Pasukan itu mengaku menghilangkan ancaman potensial terhadap keamanannya sendiri. Ukraina dan sekutunya menuduh Rusia melakukan perang tak beralasan untuk merebut wilayah dari tetangganya yang pro-Barat.    

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler