Lesunya Tanah Abang Meski Ramadhan Menjelang

Penurunan drastis terjadi pada produk yang akan dijual kembali.

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo (kiri) berdialog dengan para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (2/1/2023). Presiden Jokowi ingin memastikan aktivitas perekonomian pada sektor rill berjalan baik dan optimisme para pedagang pada tahun 2023 bangkit kembali pasca pencabutan kebijakan PPKM bulan Desember lalu.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A mengeluhkan turunnya jumlah pesanan baju ke luar daerah menjelang Ramadhan tahun ini.

"Memang kelihatannya ramai, tapi jumlah pembeli turun drastis dari tahun lalu. Pesanan dari luar kota juga tidak sebanyak tahun lalu," kata salah satu pedagang mukenaMutia (32) di Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2023).

Kios-kios di Blok A Pasar Tanah Abang memang terlihat ramai, namun tidak terlalu padat pada H-2 Ramadhan 1444 Hijriah. Senada dengan itu, kurir di Blok A Pasar Tanah Abang, juga merasakan penurunan pengiriman barang yang biasanya ramai dari luar Pulau Jawa.

Umumnya, baju-baju asal Tanah Abang dipasarkan kembali di luar Pulau Jawa, umumnya Palembang, Bengkulu, Padang, hingga Papua, bahkan diekspor hingga kawasan Timur Tengah. Salah satu kurir, Aceng (48) mengaku biasanya jumlah pesanan baju pada tahun lalu mencapai 200 lusin, kini hanya berkisar 70 lusin untuk sekali pengiriman.

Aceng mengatakan pedagang luar kota biasanya sudah memesan baju sejak 1-2 bulan sebelum Ramadhan. Selain itu, ia juga merasakan turunnya jumlah pelanggan luar kota hingga 70 persen.

"Pedagang-pedagang baju di Kalimantan dan Sulawesi yang biasanya datang ke sini, tahun ini sudah tidak berdagang baju lagi, banyak yang alih usaha karena tergerus belanja daring (online)," kata Aceng.

Dampak dari penurunan pemesanan baju luar kota akhirnya juga berimbas kepada porter atau jasa angkut. Jumlah porter di Blok A Pasar Tanah Abang sendiri diperkirakan mencapai seribu orang.

Salah satu porter, Suheli (35), mengaku hanya mengantongi upah paling banyak Rp 100 ribu sehari dalam satu bulan terakhir.

"Tahun lalu paling banyak bisa sampai Rp 200 ribu sehari. Kemarin-kemarin pernah dua hari tak dapat (upah) ngangkut," katanya.

Meski Pemerintah telah mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), namun pedagang mengaku turunnya pembeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali. Kebanyakan pembeli yang datang saat ini berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dengan jumlah satuan untuk dipakai, bukan dijual kembali.


Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler