Pertumbuhan Industri Musik Pengaruhi Gaya Hidup Generasi Covid

Ada lifestyle baru generasi muda merasa perlu hadir di konser-konser yang hits.

Republika/Edwin Dwi Putranto
Grup band Slipknot tampil pada gelaran Hammersonic 2023 di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta, Ahad (19/3/2023). Semakin maraknya perhelatan festival atau konser musik di Tanah Air memberikan angin segar bagi industri hiburan sekaligus membawa pengaruh pada gaya hidup generasi Covid.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semakin maraknya perhelatan festival atau konser musik di Tanah Air memberikan angin segar bagi industri hiburan sekaligus membawa pengaruh pada gaya hidup generasi Covid. Generasi Covid adalah sebutan bagi mereka yang tidak bisa keluar rumah termasuk mendatangi konser favorit karena terdampak pandemi dua tahun silam.

Baca Juga


"Saya melihat secara makro industri ini tumbuh luar biasa baik dari sisi demand and supply. Begitu pula secara pasar. Saya menyebutnya sebagai generasi Covid yaitu anak-anak muda yang saat ini akhirnya bisa merasakan kali pertama hadir ke festival atau konser musik untuk bersosialisasi," ungkap Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) Dino Hamid dilansir Antara, Rabu (22/3/2023).

Dino mengatakan, penawaran dan permintaan industri hiburan musik saat ini sama-sama mengalami pertumbuhan luar biasa. Ia menyebut, lima hingga sepuluh tahun lalu, festival besar bisa terhitung jari. Sementara saat ini, nyaris setiap pekan publik dimanjakan dengan berbagai jenis festival.

"Dulu mungkin kita bisa sebut hanya ada beberapa festival berskala besar seperti Synchronize, Java Jazz, We The Fest, atau Djakarta Warehouse Project. Impaknya sangat berasa dari begitu ada festival-festival besar seperti itu. Tetapi sekarang, setiap pekan berbagai macam judul hadir," ungkapnya.

Ia mengutarakan, secara sosio-kultural juga telah terjadi perubahan dari dua tahun lalu ketika masa pandemi orang di rumah saja kemudian berkembang ke masa ketika ada kesempatan menuju kembali normal. Gaya hidup masyarakat, utamanya generasi muda, memang sejak lama menantikan hadirnya festival atau konser-konser musik variatif pascapandemi Covid-19. Bila meminjam istilah anak zaman sekarang, dikenal dengan sebutan FOMO (Fear of Missing Out). Ibaratnya, bila seseorang tidak hadir pada satu momentum tertentu yang sangat hits, maka hal itu mempengaruhi status sosialnya.

"Ada lifestyle baru. Apalagi kalau content primary di konser besar seperti BlackPink, Arctic Monkeys, atau Hammersonic yang lalu. Semacam ajang eksistensi bahwa di momentum besar itu harus hadir," kata Dino.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler