Ini Arti dari Imsak, Shiyam, dan Ramadhan
Sering salah kaprah dalam membedakan makna imsak, shiyam, dan ramadhan.
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined variable: part
Filename: amp/berita_amp.php
Line Number: 67
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined index: serial
Filename: amp/berita_amp.php
Line Number: 82
A PHP Error was encountered
Severity: Notice
Message: Undefined variable: search
Filename: helpers/all_helper.php
Line Number: 2070
Ini Arti Imsak, Shiyam, dan Ramadhan
Dalam surah Al-Baqarah [2]: 183-185 diterangkan tentang kewajiban puasa, dan tujuan puasa. Disamping itu, ayat tersebut juga memberikan penegasan atas diwajibkannya puasa bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Kecuali, orang-orang yang sedang bepergian (musafir) atau dalam perjalanan dan orang yang sakit.
Bagi mereka yang sakit maupun sedang dalam perjalanan (musafir) itu, Allah memberikan rukhshah (keringanan) untuk tidak berpuasa hingga mereka kembali ke kampung halamannya, atau setelah sembuh dari sakitnya. Dan mereka itu diharuskan untuk mengganti (meng-qadha) puasanya pada hari atau bulan yang lain, sesuai dengan jumlah puasa yang ditinggalkan.
Tujuan puasa adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa. Karena itu, puasa bagi orang yang beriman, adalah sebagai upaya pembersihan jiwa, pengekangan hawa nafsu, pengendalian diri, dan perwujudan pengabdian seorang hamba kepada Tuhan-Nya.
Makna Puasa
Puasa dalam bahasa Indonesia, artinya adalah menahan diri dari makan dan minum, serta perbuatan yang dapat membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Makna menahan diri ini dalam bahasa Arab disebut dengan shaum (jamaknya shiyam) atau al-imsak, yang berarti menahan. Maksudnya adalah menahan diri dari segala perbuatan tidak baik yang menyebabkan batalnya puasa. Seperti berdusta, berzina, minum-minuman khamar (mabuk), menggunjing, memfitnah, mencuri, korupsi, membunuh, dan lain sebagainya. Jadi, puasa adalah menahan atau mengendalikan diri dari berbagai perbuatan tercela.
Rasulullah SAW bersabda; “Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu (ba’ah) untuk menikah, maka menikahlah. Karena pernikahan itu akan menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan. Namun, barangsiapa belum mampu (untuk menikah), maka hendaklah berpuasa karena puasa itu merupakan pemutus syahwat (wija’) baginya. (HR Bukhari 4/106 dan Muslim No 1400 dari Ibnu Mas’ud RA).
Dalam surah al-Baqarah [2] ayat 183 ditegaskan, bahwa tujuan puasa adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa (muttaqin). Karena itu, esensi puasa adalah mendidik jiwa agar mampu mengendalikan hawa nafsu dan mengekang jiwa, sehingga menjadi pribadi yang sabar, tawadhu, dan tawakkal kepada Allah.
Sedangkan makna Ramadhan adalah membakar. Kata Ramadhan berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ra-ma-dha yang berarti panas yang menyengat, atau kekeringan. Karena itu, maksud puasa Ramadhan adalah mengendalikan segala keinginan yang buruk dengan memperbanyak amal ibadah kepada Allah. Mereka yang mampu mengendalikan diri serta berhasil memerangi hawa nafsunya, niscaya dia akan menjadi pribadi muttaqin (orang yang bertakwa).
Rasul SAW bersabda: “Kita baru saja menyelesaikan peperangan (jihad) kecil, dan kita akan menuju perang yang lebih besar.” Saat ditanya sahabat, jenis peperangan besar itu, padahal mereka baru kembali dari perang Badar, Rasul SAW menjawab; “Peperangan yang besar itu adalah mengendalikan hawa nafsu.” (Al-Hadis).
(Syahruddin El-Fikri)
Berita Terkait:
Pekerjaan Ini Sering Disepelekan
Amalan Agar Mudah Melunasi Utang
Nasihat Bahlul untuk Khalifah Harun Ar-Rasyid