Pembakaran Alquran Kembali Terjadi, Kiai Cholil Ungkap Akhlak Nabi kepada Para Penista
Kiai Cholil mengutuk keras pembakaran Alquran yang kembali terjadi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aksi pembakaran Alquran kembali terjadi di Eropa. Aksi penistaan agama ini telah dilakukan berungkali di negara yang sama, Denmark.
Mereka membakar Alquran dan bendera Turki pada hari kedua Ramadhan 1444 Hijriyah di depan Kedutaan Besar Turki di Kopanhagen, Denmark.
Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Cholil Nafis mengutuk keras pembakaran yang dilakukan para penista agama tersebut.
Dia pun meminta kepada PBB dan pemerintah Denmark untuk menghukum warganya yang melakukan tindakan seperti itu.
“Dalam konteks pembakaran Alquran tentu kita menolak, mengutuk, minta kepada PBB, kepada negara yang punya warga yang seperti itu hendaklah dihukum. Karena ini akan merusak perdamain dunia,” ujar Kiai Cholil saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (28/3/2023).
Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini mengatakan, semua orang harus saling menghormati untuk menciptakan perdamaian dunia.
Karena itu, menurut dia, pihaknya melakukan protes terhadap aksi pembakaran kitab suci umat Islam tersebut.
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
“Kita minta PBB bahkan OKI untuk menyelesaikan ini agar tidak menyulut kemarahan umat di seluruh dunia. Tapi, kita tetap menggunakan prosedur, jangan sampai ada yang membalas, membakar kitab suci agama orang lain,” ucap Kiai Cholil.
Lalu bagaimana sikap Rasulullah SAW sendiri saat menghadapi penista agama? Kiai Cholil Nafis menjelaskan, dalam menyikapi musuh-musuhnya Rasulullah SAW selalu menghadapinya dengan sabar.
“Kalau Rasulullah SAW menyikapi musuh-musuhnya, pertama Rasulullah itu sabar. Kalau masih bisa menghindar, menghindar dari pertikaian,” kata Kiai Cholil.
Menurut dia, Rasulullah SAW sangat senang dengan kedamaian. Bahkan, ketika Rasulullah SAW diganggu kaum Quraisy, beliau tidak melawan.
“Ketika orang Yahudi sering menghina Nabi itu, ketika wafat pun Nabi juga datang. Jadi, sikap Rasulullah kepada musuhnya selalu lemah lembut,” jelas Ketua MUI Pusat ini.
Kiai Cholil menambahkan, pada saat yang sama Rasulullah SAW juga berdoa kepada Allah SWT agar dihindarkan dari musuh.
“Tapi kalau memang musuh mau tidak mau harus kita hadapi, ya diminta kesabarannya. Sabar itu artinya tetap melawan. Karena, mati syahid dalam Islam ada. Kalau kita memang dijajah kayak dulu ada Resolusi Jihad, maka kita melawan,” tutupnya.