Rusia Mengalihkan Semua Ekspor Minyak ke Negara Sahabat
Sejak Rusia menggelar invasi ke Ukraina, negara Barat menerapkan beerbagai sanksi.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Energi Rusia Nikolai Shulginov mengatakan Rusia berhasil mengalihkan semua ekspor minyak mentahnya ke negara-negara "sahabat". Tapi produksi gas dan minyak tahun ini diperkirakan masih tetap turun.
Sejak Moskow menggelar invasi ke Ukraina tahun lalu negara-negara Barat menerapkan berbagai sanksi. Termasuk mengembargo impor minyak Rusia yang dikirimkan lewat jalur laut.
"Hari ini dapat saya katakan kami berhasil sepenuhnya mengalihkan seluruh volume ekspor yang terdampak embargo, tidak ada penurunan penjualan," kata Shulginov dalam sebuah forum energi, Rabu (28/3/2023).
Shulginov menegaskan Rusia masih memprediksi produksi gas dan minyak pada tahun 2023 akan turun. Sebab Moskow masih ditekan pembatasan Barat dan lemahnya pembelian dari Eropa.
Dalam kegiatan yang sama CEO perusahaan minyak Rusia, Gazprom Neft, Alexander Dyukov mengatakan tahun 2023 akan lebih sulit dari tahun 2022. Tekanan dari sanksi-sanksi Barat juga akan berkembang.
Shulginov mengatakan Rusia sudah mengubah jalur minyak dan ekspor produk minyaknya ke Asia, Afrika, Amerika Latin dan Timur Tengah dari pasar Eropa. India menjadi pembeli minyak mentah Ural pada bulan Maret.
Pengiriman ke India pada tahun ini 50 persen lebih dari semua ekspor minyak mentah Ural yang dikirimkan lewat jalur laut. Cina berada di urutan kedua.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan penjualan minyak Rusia ke India pada tahun lalu naik 22 kali lipat. Tapi ia tidak mengungkapkan volume penjualannya.
Novak mengatakan pada tahun 2022 pendapatan energi mencakup 42 persen anggaran federal Rusia, naik 36 persen dari tahun 2021. Ia mengatakan industri energi Rusia berkelanjutan, meski ada tantangan dari sanksi-sanksi Barat.
Ia mengatakan Rusia harus fokus mendorong ekspor energi ke negara-negara "sahabat" dan akan terus membangun alat asuransi yang dibutuhkan untuk mendukung perdagangan ini.