Begini Tipsnya, Hidup Sehat Orang dengan Epilepsi
Epilepsi merupakan salah satu kelainan dengan prevalensi cukup tinggi.
ruzka.republika.co.id--RS Universitas Indonesia (RSUI) kembali menggelar rangkaian seminar awam yang memiliki tajuk utama Hidup Sehat pada Orang dengan Epilepsi.
Epilepsi merupakan salah satu kelainan dengan prevalensi cukup tinggi di antara kelainan neurologis lainnya. Diperkirakan 70 juta penduduk dunia mengalami epilepsi.
Sekitar 8-10 persen populasi akan mengalami serangan epilepsi dalam masa hidupnya, namun hanya sekitar 2-3 persen yang akan berlanjut menjadi penyakit epilepsi.
Data epidemiologi epilepsi di Indonesia sangat terbatas. Estimasi penderita epilepsi di Indonesia adalah 1,5 juta dengan prevalensi 0,5-0,6 persen dari penduduk Indonesia.
Mengacu pada data insidensi epilepsi di dunia, insidensinya 50,3 per 100 ribu populasi per tahun.Di Indonesia, epilepsi juga dikenal dengan ayan atau sawan.
Pandangan masyarakat terhadap penyakit ini juga masih banyak yang keliru.Beberapa faktor yang menyebabkan kekeliruan tersebut diantaranya adanya pemikiran tradisional dan kurangnya pemahaman masyarakat akan penyakit ini.
Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Kesadaran Epilepsi Sedunia, RSUI bekerja sama dengan Komunitas Peduli Epilepsi (KOMPI) Jabodetabek mengadakan Talkshow Awam Bicara Sehat dengan topik Hidup Sehat pada Orang dengan Epilepsi.
Acara ini diharapkan memberikan informasi serta pengetahuan kepada masyarakat terhadap penyakit epilepsi ini.
Talkshow Awam ini dimoderatori Azharianto Latief Baroto, S.E, M.M, yang merupakan Ketua Komunitas Peduli Epilepsi Jabodetabek-KOMPI.
Narasumber yang memberikan pemaparan pada kesempatan ini, yakni dr Winnugroho Wiratman, Sp.S(K), Ph.D yakni seorang dokter spesialis saraf di RSUI.
Mengawali seminar awam, dokter Winnu menjelaskan bahwa epilepsi merupakan kelainan otak yang dapat menyebabkan kejang berulang, kejang berulang tidak harus berupa gerakan tangan ataupun kaku namun beraneka ragam.
"Walaupun epilepsi merupakan kelainan di otak, namun memiliki implikasi yang beragam, baik secara neurobiologis, kognitif, psikologi, dan sosial. Epilepsi ini bisa mengenai orang tua, jadi tidak harus dari usia muda. Artinya bisa saja pada saat kecil atau usia muda tidak pernah mengalami epilepsi, namun ketika tua mengalami epilepsi," ujar dokter Winnu dalam siaran pers yang diterima Selasa (28/03/2023).
Oleh karena itu, epilepsi ini perlu ditanggulangi. Sebanyak 50 juta orang setiap setiap tahunnya mengalami epilepsi dan penyakit ini dapat mengenai keluarga, baik anak ataupun orang tua.
Epilepsi atau kejang dapat dikontrol, 70 persen orang dengan epilepsi (ODE) dapat bebas kejang dengan menggunakan obat anti bangkitan (OAB). Hal ini dipengaruhi oleh diagnosis yang tepat dan tatalaksana yang tepat, sehingga epilepsi atau kejang dapat terkontrol.
Penyebab epilepsi yaitu struktural (stroke, infeksi otak, cidera kepala, dll), metabolik dan imunologi (ketidakseimbangan metabolisme tubuh, gangguan imunitas atau peradangan otak yang disebabkan reaksi autoimun), ketiga akibat genetik (mutasi genetik) dan juga masih banyak penyebab lainnya yang masih belum diketahui.
Orang dengan epilepsi (ODE) dapat sekolah, bekerja, dan berkeluarga. ODE dapat beraktivitas fisik mandiri tanpa bantuan orang sekitar. Hal ini perlu didukung oleh keluarga dan masyarakat yang dapat membantu ODE untuk mencapai kemandirian.
Namun, tidak disarankan untuk ODE yaitu mengendarai kendaraan sendiri atau mengendalikan alat berat, karena hal ini dapat mencederai diri sendiri nantinya.
Kunci hidup mandiri untuk ODE adalah terkontrol kejangnya dengan terapi adekuat serta dengan semangat atau mental yang kuat.
Epilepsi pada orang dewasa dapat dibagi berdasarkan bagian-bagian otak, salah satu diantaranya epilepsi lobus temporal. Epilepsi ini paling banyak dialami oleh orang dewasa.
“Pada epilepsi lobus temporal, kadang jika ODE kejang akan memengaruhi emosi atau daya ingatnya, akan tetapi apabila terkendali dengan baik, maka tentu kejangnya tidak akan muncul sehingga gangguan emosi maupun daya ingatnya tidak terganggu," jelas dokter Winnu.
Penanganan pertama apabila ODE mengalami serangan yaitu dengan dijaga untuk aman, disekelilingnya aman, jauhkan dari benda-benda tajam, keras, tidak usah dipegang ataupun ditahan karena dengan menahan akan dapat mencederai ODE tersebut. Tidak perlu panik, karena bangkitan epilepsi akan berhenti dengan sendirinya dalam waktu 5 menit.
"Jadi, kita memiliki waktu 5 menit untuk mencari pertolongan, bisa telepon ambulans, bisa telepon orang terdekatnya. Jangan memasukan benda apapun ke dalam mulut pada saat kejang, karena memiliki risiko untuk tertelan, tertekan, tergigit dan lainnya,” terang dokter Winnu.
Pada kesempatan ini dokter Winnu juga memberikan tips sehat untuk ODE yaitu dengan mengendalikan emosi, minum obat dengan teratur, mengendalikan faktor-faktor pencetus seperti kurang tidur, terlambat makan, terlalu banyak main handphone dan lainnya. Terapi penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan minum obat, makan makanan yang bergizi dan tetap aktif untuk mencegah kepikunan.
Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta yang menyaksikan baik secara daring lebih dari 150 orang dan juga berbagai pertanyaan yang muncul pada seminar ini.
Bagi Sahabat RSUI yang ingin berkonsultasi terkait epilepsi maupun seputar penyakit lainnya, dengan senang hati dokter-dokter RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan RSUI.
RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas.
Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.
Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=VHb4O2iLJLU. (Rusdy Nurdiansyah)