OPEC Plus Kembali Pangkas Produksi, Pengamat: Peluang Harga BBM Turun Makin Kecil

Harga BBM bersubsidi kemungkinan naik meski dalam skala relatif kecil.

Prayogi/Republika.
Sejumlah pengendara sepeda motor antre mengisi BBM di SPBU Kawasan Otista, Jakarta, Rabu (31/8/2022). Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC Plus) kembali menambah pemangkasan produksi minyak sekitar 1,16 juta barel per hari mulai Mei 2023
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC Plus) kembali menambah pemangkasan produksi minyak sekitar 1,16 juta barel per hari mulai Mei 2023 setelah sebelumnya dipangkas 2 juta barel per hari. Total pemangkasan itu setara 3,7 persen dari permintaan global. Langkah tersebut dipastikan demi mengerek kenaikan harga minyak dunia yang tengah mengalami penurunan.

Baca Juga


Indonesia, sebagai negara net impotir minyak mau tak mau bakal terimbas kebijakan Saudi dan para sekutunya itu sebagai produsen utama minyak dunia. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, menuturkan, penurunan harga minyak dunia yang sempat menyentuh 70 dolar AS per barel membuat para produsen tidak diuntungkan dan sulit mencapai target fiskal negara.

"Kemungkinan ini digunakan untuk mengerek harga lagi. Tentu akan terasa dampaknya (ke Indonesia)," kata Komaidi kepada Republika.co.id, Senin (3/4/2023).

Harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri per 1 April 2023 turun, seperti yang dilakukan Pertamina, Shell, dan BP sebagai penyediaan BBM di Indonesia. Menjelang masa mudik Lebaran, besar harapan masyarakat agar harga BBM dapat kembali turun agar lebih terjangkau terlebih didukung penguatan nilai tukar rupiah.

"Tapi, dengan adanya penyesuaian ini, dalam satu-dua bulan ke depan peluang untuk harga turun jadi kecil. Tapi kalau kenaikan, relatif bisa ditahan pemerintah terutama untuk BBM bersubsidi karena ini berkaitan dengan kapasitas fiskal pemerintah," kata Komaidi.

 

Sementara untuk BBM nonbersubsidi kemungkinan besar terdapat penyesuaian harga namun diyakini masih relatif kecil.

Komaidi pun mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah ke depan akan sangat membantu untuk menahan laju kenaikan harga BBM di tengah pemangkasan produksi minyak mentah oleh OPEC Plus demi mengerek harga dunia.

Dikutip dari oilprice.com, Harga minyak acuan West Texast Intermediate (WTI) hingga Senin (3/4/2023) untuk kontrak Mei tercatat sebesar 79,14 dolar AS per barel atau mengalami kenaikan 4,76 persen. Sementara harga minyak acuan Brent untuk kontrak yang sama sebesar 83,84 dolar AS per barel, naik 4,79 persen.

Tren harga minyak dunia saat ini masih di bawah asumsi dasar ekonomi makro pemerintah untuk tahun 2023 sebesar 90 dolar AS per barel.

 

Adapun, tren nilai tukar rupiah, berdasarkan Jisdor BI tengah mengalami penguatan ke level Rp 14 ribu per dolar AS dari sebelumnya di atas Rp 15 ribu dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler