Israel Klaim Militernya Siap Serang Iran, Walau tanpa Bantuan AS

Israel siap untuk menyerang Iran bahkan tanpa dukungan dari AS

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Kepala Staf Umum Angkatan Pertahanan Israel yang baru, Herzi Halevi selama upacara pergantian Komando penjaga kehormatan di markas besar Kementerian Pertahanan di pangkalan Kriya di Tel Aviv, Israel, 16 Januari 2023. Herzi Halevi telah dipromosikan dari pangkat Mayor Jenderal ke salah satu Letnan Jenderal dan dilantik dalam upacara meriah di hadapan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Halevi menggantikan mantan Letnan Jenderal Aviv Kochavi yang pensiun setelah empat tahun sebagai kepala Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan 40 tahun sebagai tentara.
Rep: Amri Amrullah Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kepala staf pertahanan Israel (IDF) Herzi Halevi menyebut pihaknya siap untuk menyerang Iran bahkan tanpa dukungan dari Amerika Serikat (AS). Hal itu dikatakan Kepala IDF ini kepada media Israel, Rabu (5/4/2023).

“Kami siap bertindak melawan Iran. Tentara Israel memiliki kemampuan untuk menyerang baik di negara yang jauh maupun di dekat rumah,” jelasnya ke i24NEWS mengutip Halevi yang mengatakan kepada radio tentara IDF, dilansir AlArabiya, Kamis (6/4/2023).

Dia mengatakan bahwa IDF akan meningkatkan kemampuannya untuk melakukan serangan lebih dulu atau pre-emptive terhadap Iran dalam beberapa tahun ke depan, dan bahwa serangan semacam itu akan “luar biasa” dampaknya, terlepas dari jarak geografis Iran.

“Kami tahu bagaimana bertindak sendirian. Kami adalah negara berdaulat yang berhak membuat keputusan sendiri. Akan baik jika Amerika Serikat berada di pihak kita, tetapi itu bukan kewajiban,” tambahnya.

Komentar ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Iran menuduh Israel membunuh dua personel militernya di Suriah pekan lalu dan bersumpah untuk membalas.

Israel menuduh Iran mengejar senjata nuklir, klaim yang dibantah Iran. Israel sebelumnya telah memperingatkan bahwa jika upaya diplomatik gagal mengekang program nuklir Iran, Israel akan mengambil tindakan militer.

Ada ketidaksepakatan publik yang jarang terjadi antara Israel dan AS, dengan Presiden Joe Biden meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mundur dari upaya melemahkan peradilan, yang telah memicu protes besar-besaran di Israel.

Netanyahu menjawab bahwa dia tidak akan tunduk pada tekanan asing, tetapi mengambil nada yang lebih damai ketika dia berpartisipasi dalam pertemuan puncak demokrasi yang dipanggil oleh Biden.

Setelah pertukaran itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menelepon mitranya dari Israel Eli Cohen dan “menegaskan kembali pentingnya hubungan bilateral AS-Israel yang bertahan lama,” menurut juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel.


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler