Mengunjung Pohoh Shahabi di Gurun Asfawi Negeri Syam

Merunut jejak perdagangan nabi ke negeri Syam

google.com
Pohon Ashahabi.
Red: Muhammad Subarkah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rusdian Lubis, Penulis Buku.


ari ibukota Amman, sekitar satu setengah jam, saya  menuju kota-kota As Sarqa dan Mafraq diutara kemudian berbelok ke kanan kearah kota kecil As Safawi di sebelah timur laut. Kota di tengah gurun itu diapit Saudi Arabia dan Suriah. 

 Dulu kawasan ini banyak caravanseray atau rest area bagi kafilah dagang yang lalu lalang antara Makkah dan Syam atau Suriah. Termasuk kafilah yang diikuti Muhammad muda 1400 tahun yang lalu.

 Sekitar 30 menit, mobil terlonjak lonjak melewati daerah yang “batunya bertanah-tanah” lantaran lebih banyak batu dibandingkan tanah.

Di gurun ini, sejauh mata memandang hanya tampak hamparan batu batu basalt tajam hitam dan pasir kekuningan.

Sekali sekali  ada kawanan domba merumput dan makan semak semak liar. Guide kami bilang rumput liar dan semak semak itu memberi aroma yang khas pada daging domba gurun As Safawi, dari otak, jeroan ke ujung kaki. 

Saya teringat sop kaki kambing Sukamampir di Pasar Minggu.

 

 

 

 

 

 


Di antara hamparan batu basalt kehitaman, sekitar 400 meter dari jalan, ada  gundukan hijau kehitaman seperti kura-kura tua. Itulah  pohon sahabi atau shahabi yang menjadi salah satu alasan melakukan perjalanan ribuan kilometer di tanah para nabi selama 12 hari ! 

Saya dekati pohon tunggal yang diperkirakan berumur 1400 tahun itu dan mengucapkan salam dalam hati. Pohon ini dinisbatkan sebagai pohon sahabi (awan) atau shahabi (sahabat)

Nama ilmiahnya  Pistacia atlantica atau sejenis tumbuhan pistachio liar yang banyak tumbuh di jazirah Arab (butum), Turki (melengic) sampai Iran (baneh).

Pohon Pistacia atlantica bisa tumbuh mencapai ketinggian 7-10 m dengan cabang menyebar tegak membentuk tajuk berdaun lebat. Diameter batang bisa mencapai lebih dari 2 m, tapi perlu 200 tahun untuk bisa mencapai ukuran 1 m. 

Semua deskripsi itu cocok untuk pohon yang saya kunjungi di As Safawi. Di Jordan sebenarnya ada ribuan pohon sejenis tapi tidak seukuran itu.

Bagi ummat Islam, pohon di As Safawi mempunyai arti khusus kendati tidak dikeramatkan—karena dipercaya pernah melindungi Muhammad muda dalam perjalanan dagang ke Syam bersama pamannya Abi Thalib.  

Seperti disebutkan dalam Surah Al Quraisy, kebiasaan Bani Quraisy adalah melakukan perjalanan pada musim dingin ke Yaman dan pada musim panas ke Syam/Suriah  untuk membeli gandum.

Sampai di As Safawi, rombongan Abu Thalib berkunjung ke biara rahib Buchaira atau Bahira. Rahib ini memang telah lama berkenalan dengan para pedagang Bani Quraisy.

Bahira  heran karena kali ini dia melihat segumpal awan yang menggantung seolah payung meneduhi kafilah Quraisy dan ikut bergerak ketika kafilah berjalan. Lalu menyilahkan Abu Thalib dkk masuk ke rumahnya dan mungkin minum kopi kapulaga di biaranya, dia heran melihat  awan itu berhenti dan menggantung diatas sebuah pohon.

Lantaran awan ini, beberapa penulis memberi nama pohon sahabi (awan).

Bahira dan banyak lagi kalangan rahib agama Nasrani dan rabbi Yahudi di Suriah percaya akan nubuat atau ramalan dalam kitab suci mereka tentang datang nya seorang Nabi terakhir. 

Bahira bertanya apakah semua anggota kabilah telah masuk kerumah. Abi Thalib menjawab ada keponakanku yang menjaga unta dibawah pohon. Bahira keluar menemui dan terkejut melihat dahan dan daun pohon merunduk memayungi seorang anak remaja. 

Hari ini saya menyusup kebawah dahan dan daun pohon,  tentu saja mereka tidak merunduk. Namun saya rasakan ada angin lembut berbau harum sayup sayup dari arah batang pohon. Beberapa orang merasakan hal yang sama.

Rahib Bahira segera meminta Muhammad kecil masuk, menjamunya dan meminta ijin Abu Thalib untuk memeriksa tanda kenabian pada Muhammad. Sebuah riwayat mengatakan tanda itu adalah toh (birthmark) hitam kebiruan diantara kedua tulang belikat Muhammad kecil.

Bahira yakin bahwa anak kecil inilah calon Rasulullah yang dijelaskan dalam nubuat. Dia segera menyuruh Abu Thalib membawanya pulang ke Mekah. Kuatir kalau kaum Yahudi atau kaum Romawi di Suriah akan membunuh Muhammad. Riwayat ini tercatat dalam tulisan sejarahwan Muslim : Ibn Hisham, Ibn Sa'd al-Baghdadi, dan Muhammad ibn Jarir al-Tabari. 

Riwayat  pohon  di As Safawi diketemukan  kembali oleh Pangeran Ghazi bin Muhammad dan Kerajaan Jordan ketika memeriksa arsip negara di Royal Archives. Syeikh Ahmad Hassoun, Mufti Besar Syria kemudian menetapkan bahwa pohon itu yang melindungi Muhammad kecil.

Bagi para saintis, kelestarian pohon yang berumur  1400 tahun mencengangkan. Bagaimana pohon masih hidup dan tetap bertahan dan tumbuh kokoh  di tengah ganasnya gurun Jordan Utara. Anehnya pohon ini tidak berbuah, tidak seperti Pistacia atlantica di lain tempat.

Juru kunci atau penjaga pohon —juga bernama Muhammad mengatakan kadang kadang ada hujan disana. Kedalaman air tanah sekitar 100-200 m. 

Pohon tersebut dijaga oleh pemerintah Jordan dan sekarang menjadi objek wisata. Namun bangunan di kompleks pohon itu juga sekedarnya dibuat dari pagar kawat ayam.

Kenapa pohon shahabi (sahabat)? Banyak yang berargumen bahwa  bahwa pohon ini adalah satu-satunya sahabat Muhammad SAW yang masih hidup. 

Tidak ada catatan bahwa Nabi pernah kembali kesana menemui sahabatnya. Pohon ini mungkin juga merindukan sahabatnya, Rasulullah yang mulia.

Di kota Kano-Nigeria utara, saya pernah melewatkan suatu malam di tepi  Sahara. Langit gurun yang bersih biru tua, dihiasi bulan sabit dan  bintang bintang tak terhitung banyaknya. Saya bayangkan pohon tunggal di As Safawi itu juga tidak  sendirian ditengah  gurun Jordan.

 

 

 



Apakah pohon ini yang terlihat oleh mata batin Sunan Kalijaga ketika menulis Kidung Mantraweda? 

Bait 19:

Ana kayu apurwa sawiji, 

wit buwana epange keblat papat, 

agodong mega rumembe, 

apradapa kukuwung, 

kembang lintang salaga langit, 

semi andaru kilat, 

woh surya lawan tengsu, 

asirat bun lawan udan, 

apepucuk akasa abungkah pratiwi, 

oyode bayu bajra.

(Ada batang kayu bermula dari satu (atau tunggal)

pohon dunia bercabang empat penjuru kiblat

berdaun mega yang tergerai subur,

tajuk bersinar pelangi,

berbunga bintang bertaburan di langit,

bersemi cahaya kilat,

berbuah matahari dan rembulan,

disiram embun dan hujan,

berpucuk langit beralaskan bumi,

akarnya angin halilintar.)

Alhamdulillah, saya mendapat berkah dapat mengunjungi pohon ini.

Episode Tanah Para Nabi saya mulai dan saya akhiri dengan cerita tentang pohon sahabi atau shahabi.

Masih ada beberapa detail yang Insya Allah akan saya lengkapi, misalnya lokasi penyeberangan Nabi Musa as, kisah makam para syuhada dll yang akan saya buat buku kisah perjalanan atau  travelogue. 

 

 

 

 



BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler