Pentagon: Kebocoran Dokumen Timbulkan Resiko Serius Pada Keamanan Nasional
Dokumen rahasi yang bocor ini berisi berbagai macam informasi.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon mengatakan kebocoran sejumlah dokumen rahasia mengenai perang Ukraina merupakan resiko 'sangat serius' pada keamanan nasional. Kementerian Pertahanan AS itu menambahkan pemerintah segera mengambil langkah untuk memitigasi kerusakan yang ditimbulkannya.
Gedung Putih mengatakan terdapat kekhawatiran terdapat kebocoran tambahan. Pengungkapan ke hadapan publik mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh pemerintahan Amerika Serikat (AS).
Asisten Menteri Pertahanan bidang Hubungan Masyarakat, Chris Meagher mengatakan Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengetahui mengenai kebocoran dokumen rahasia pada Kamis (6/4/2023) lalu. Ia diberitahu sejumlah slide pengarahan rahasia mengenai langkah militer AS dalam perang Ukraina dan keterlibatan intelijen AS di beberapa negara bocor di internet.
Meagher mengatakan beberapa hari setelah itu, Austin menghubungi sekutu-sekutu AS. Ia juga menggelar pertemuan harian untuk mengasesmen kerusakan yang ditimbulkan kebocoran tersebut dan membentuk group yang tidak hanya mengasesmen cakupan informasi yang bocor tapi juga meninjau siapa yang mengakses pengarahan-pengarahan tersebut.
"(Departemen memantau dengan seksama) bagaimana jenis informasi ini dapat terdistribusikan dan pada siapa," kata Meagher, Senin (10/4/2023).
Pejabat pertahanan AS yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan Pentagon telah mengambil langkah untuk mengurangi jumlah orang yang dapat mengakses pengarahan-pengarahan tersebut. Pejabat itu mengatakan Pentagon ruin meninjau daftar orang yang dapat mengaksesnya untuk mempertimbangkan siapa yang perlu tahu dan dapat akses materi-materi rahasia.
Di Gedung Putih, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby ditanya apakah AS siap menghadapi lebih banyak kebocoran informasi rahasia. "Jawaban sejujurnya pada pertanyaan anda adalah: Kami tidak tahu, dan apakah masalah ini membuat kami cemas? Anda sangat benar," jawabnya.
"(Pada titik ini) kami tidak tahu siapa dalangnya, kami tidak tahu motifnya," tambah Kirby.
Ia mengatakan pihak berwenang AS menyisir dokumen-dokumen yang diunggah di internet. Saat ini mereka masih mencoba menentukan validitasnya, tapi sudah menemukan beberapa dokumen 'telah dipalsukan.'
Kirby dan pejabat pemerintah AS lainnya tidak mengungkapkan detail dokumen yang bocor tapi salah satu dokumen mengungkapkan perkiraan jumlah pasukan Rusia yang tewas dalam perang di Ukraina jauh lebih rendah dari angka yang diungkapkan pemerintah AS ke publik.
Dalam salah satu dokumen yang berjudul Total Assessed Losses tercatat AS memperkirakan jumlah pasukan Rusia yang tewas sekitar 16 sampai 17,500 pasukan. Sementara jumlah pasukan Ukraina yang kehilangan nyawa mencapai 71 ribu.
Pada akhir November lalu Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS Jenderal Mark Milley mengatakan Rusia telah kehilangan 'lebih dari' 100 ribu pasukan dan Ukraina juga kehilangan sebanyak itu. Perkiraan itu terus bertambah beberapa bulan terakhir meski pemerintah AS berhenti mengungkapkan angka pastinya.