Politikus Demokrat: Kasihan Mas Anas...

Politikus Partai Demokrat berempati dengan Anas karena kebebasannya diperalat.

Republika/Fauzi Ridwan
Anas Urbaningrum memberikan sambutan di kediamannya di Kampung Ngaglik, Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Rabu (12/4/2023). Politikus Partai Demokrat berempati dengan Anas karena kebebasannya diperalat.
Rep: Nawir Arsyad Akbar Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi (BPOKK) Partai Demokrat, Herman Khaeron menilai bebasnya Anas Urbaningrum sebenarnya membawa politik persahabatan. Namun, pihak-pihak seperti Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) pimpinan Gede Pasek Suardika yang justru mengadu domba Anas dengan Partai Demokrat.

Baca Juga


Selain itu, ada pihak-pihak lain yang mengatasnamakan dirinya sebagai kelompok Sahabat Anas Urbaningrum. Di mana koordinator kelompok tersebut adalah Muhammad Rahmad yang pernah menjadi juru bicara Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang yang dipimpin Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.

"Besarkan saja PKN dan hentikanlah kubu Moeldoko untuk mengadu domba, ini kan yang membuat gaduh ya ini saja dua kubu itu," ujar Herman di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (13/4).

Sebenarnya, ia justru kasihan kepada Anas yang kebebasannya justru dijadikan alat adu domba seperti itu. Publik pun akan kembali mengulik masa lalu Anas yang berkaitan dengan kasusnya dulu, di mana padahal dia sudah menjalani masa hukumannya.

"Anas sendiri menurut saya tidak adalah hal-hal yang tidak ingin bermusuhan dan lain sebagainya. Menurut saya kasihan Mas Anas," ujar Herman.

"Seharusnya kan menikmati kebebasan, menikmati masa di luar tahanan, menyelesaikan berbagai perjalanan kasusnya, dan tinggal hidup lebih tenang, dan kali mau berpolitik. Ya saya kira saya setuju dengan statementnya untuk berpolitik yang tidak bermusuhan," sambung anggota Komisi VI DPR itu.

Terlibatnya kembali orang-orang yang terkait dengan Moeldoko juga disayangkannya dalam bebasnya Anas. Menurutnya, publik pasti akan menilai bahwa hal tersebut merupakan bagian dari upaya penjegalan Anies Baswedan dalam proses pencapresan. Setelah gagalnya mereka merebut Partai Demokrat lewat KLB yang tidak sah.

"Jadi tidak usah menyangkal, karena motif ini siapapun akan paham bahwa dengan upaya-upaya pembegalan Partai Demokrat oleh Moeldoko. Ya ini salah satunya akan menggagalkan pencapresan Anies Baswedan, jadi tidak bisa disangkal lagi," ujar Herman.

Anas sendiri mengaku enggan membahas politik terlebih dahulu sebab ia merasa baru bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Kota Bandung. Ia saat ini ingin fokus kepada keluarga dan membayar utang-utang silaturahim.

"Sekarang dan beberapa saat ke depan fokus saya adalah lebih kepada keluarga, jadi keluarga dulu. Sudah bertahun-tahun utangnya banyak, utang batin," ujarnya di sela-sela menjenguk ibunya di Kampung Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Rabu (12/4/2023).

Ia mengaku ingin mengurus perkara domestik terlebih dahulu seperti keluarga. Apabila sudah berjalan normal seperti biasa, Anas mengaku baru akan memikirkan urusan luar negeri atau perkara politik.

"Apalagi urusan politik, pada waktunya akan ngobrol khusus dengan sahabat, teman-teman, senior-senior karena teman ini yang di luar. Saya agak lama di dalam butuh perspektif beliau itu buat bahan saya," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler