Jangan Lengah, Anjing dan Kucing Peliharaan Bisa Tularkan Superbug Resisten Obat
Infeksi bakteri resisten obat bisa mengancam jiwa.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing ternyata bisa menularkan superbug atau bakteri super yang resisten obat kepada pemiliknya dan orang-orang di sekitarnya. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pemilik hewan peliharaan?
Infeksi bakteri resisten obat bisa mengancam jiwa. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi bakteri resisten obat menyebabkan kematian sekitar 700 ribu kasus per tahun di dunia. Jumlah ini bisa meningkat hingga 10 juta per tahun pada 2050 bila tak ada tindakan penanggulangan yang dilakukan.
Berdasarkan studi terbaru, hewan peliharaan seperti anjing dan kucing turut berkontribusi dalam penyebaran patogen resisten obat yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia. Hal ini terungkap melalui sebuah studi yang dilakukan di Portugal dan Inggris.
Di Portugal, tim peneliti melibatkan lima ekor kucing, 38 ekor anjing, dan 78 manusia dari 43 rumah sebagai partisipan. Sedangkan di Inggris, tim peneliti melibatkan tujuh ekor anjing dan delapan manusia dari tujuh rumah sebagai partisipan.
Selama studi, tim peneliti mengambil sampel feses dari anjing, kucing, dan para pemiliknya. Feses tersebut lalu dites untuk mengetahui ada atau tidaknya paparan Enterobacterales resisten antibiotik.
Enterobacterales adalah ordo bakteri Gram-negatif, tak membentuk spora, berbentuk batang, dan anaerobik fakultatif. Beberapa contoh jenis bakteri Enterobacterales adalah Escherichia coli atau E.coli dan Klebsiella pneumoniae.
Enterobacterales bisa resisten terhadap kelompok antibiotik bernama Carbapenem. Carbapenem merupakan jenis antibiotik yang kerap digunakan sebagai perlindungan terakhir dalam pengobatan bila antibiotik lain tak bekerja. Bakteri Enterobacterales yang resisten terhadap Carbapenem dikenal dengan sebutan Carbapenem-resistant Enterobacterales (CRE).
Tim peneliti juga memantau keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotik cephalosporins generasi ketiga pada sampel feses. Obat ini sangat penting dalam pengobatan manusia karena kerap digunakan untuk mengobati meningitis, pneumonia, serta sepsis.
"Dalam studi ini kami memberikan bukti bahwa bakteri yang resisten terhadap cephalosporins generasi ketiga, antibiotik yang sangat penting, dapat ditularkan dari hewan ke pemilik mereka," jelas peneliti Juliana Menezes dari University of Lisbon, seperti dilansir The Sun, Ahad (16/4/2023).
Dari seluruh partisipan ini, sebanyak tiga kucing, 21 anjing, dan 28 manusia pemilik hewan peliharaan terbukti positif terpapar bakteri yang resisten obat. Seekor anjing di Inggris, misalnya, terinfeksi oleh E.coli multiresisten obat. Bakteri ini kebal terhadap beragam jenis antibiotik yang kerap menjadi harapan terakhir dalam pengobatan.
Di Portugal, tim peneliti juga menemukan adanya anjing yang memiliki bakteri resisten obat. Bakteri ini tampak resisten terhadap antibiotik cephalosporins generasi ketiga. Seekor anjing di Portugal juga terinfeksi E.coli resisten obat.
Seluruh hewan ini telah menjalani pengobatan. Kabar baiknya, para pemilik hewan tidak sakit dan tak membutuhkan perawatan.
Selain itu, tim peneliti juga menemukan adanya delapan rumah yang hewan dan pemiliknya sama-sama terpapar Enterobacterales. Dua rumah tersebut memiliki kucing dan enam rumah lainnya memiliki anjing.
Berdasarkan studi, hewan peliharaan dan pemilik di kedelapan rumah tersebut memiliki DNA bakteri yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri atau penyakit menyebar di antara hewan dan manusia yang tinggal dalam satu rumah.
"Anjing dan kucing bisa membantu penyebaran dan persistensi bakteri di tengah masyarakat, dan sangat penting untuk melibatkan mereka dalam assessment resistensi antimikroba," kata Menezes.
Terkait temuan ini, Menezes mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemilik hewan peliharaan untuk menekan risiko penyebaran bakteri multiresisten obat. Salah satunya adalah dengan menerapkan praktik kebersihan yang baik.
"Termasuk mencuci tangan mereka setelah menyerok kotoran anjing atau kucing mereka, dan bahkan setelah mengelus binatang kesayangan," ujar Menezes.
Temuan terbaru ini akan dipresentasikan dalam European Congress of Clinical Microbiology & Infectious Diseases (ECCMID) di Kopenhagen, Denmark. Kongres akan digelar pada 15-18 April.