Saling Klaim Kondisi Prajurit TNI di Nduga Papua, Jumlah Prajurit Gugur Simpang-Siur
TNI mengeklaim hanya satu prajurit yang gugur, sementara lima lainnya belum diketahui
REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA — Jumlah prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang gugur diserang oleh kelompok separatisme bersenjata di Nduga, Papua Pegunungan, Sabtu (15/4/2023) masih simpang-siur. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) kembali menyampaikan propaganda dengan klaim terbaru yang mengatakan jumlah prajurit TNI yang berhasil mereka bunuh ada sebanyak 15 personel.
Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan, laporan terbaru yang diterima markas besar pemberontakan dari sayap bersenjatanya di Nduga, sembilan anggota TNI yang semula disandera, pun sudah dinyatakan tewas dieksekusi. Sementara saat penyerangan terjadi, Sebby mengeklaim, pasukannya membunuh enam anggota TNI. Dan merampas senjata, serta amunisi milik TNI.
“Sembilan anggota TNI yang ditangkap pasukan TPNPB dieksekusi mati. Jadi seluruh anggota TNI yang ditembak mati oleh pasukan TPNPB berjumlah 15 orang,” kata Sebby dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (17/4/2023).
Sebby mengatakan, jenazah belasan anggota TNI tersebut masih berada di markas sayap militer di Nduga. Sementara satu jenazah, dikatakan dia sudah dievakuasi pihak TNI. TPNPB-OPM, kata Sebby menegaskan kembali meminta pemerintah Indonesia untuk menghentikan operasi militer TNI dan Polri untuk penyelematan pilot Susi Air Kapten Philips Mark Marthen yang kini dalam penyanderaan.
TPNPB-OPM, kata Sebby melanjutkan, juga meminta agar pemerintah Selandia Baru mendesak Indonesia untuk bersama-sama melakukan negosiasi damai pelepasan Kapten Philips tersebut.
“Kami Pasukan TPNPB-OPM sampaikan kepada pemerintah Selandia Baru, bahwa jika ingin wargamu (Kapten Philips) selamat agar meminta pemerintah Indonesia duduk di meja negosiasi dengan pimpinan TPNPB-OPM,” kata Sebby.
Ia menambahkan, operasi militer yang dilakukan pasukan gabungan TNI dan Polri untuk menyelamatkan Kapten Philips dari penyanderaan hanya akan membawa malapetaka sendiri bagi pilot berkebangsaan Selandia Baru itu. “Sandera yang selama ini kami (TPNPB-OPM) sandera, akan terancam jika militer dan polisi Indonesia terus melakukan penyerangan dan operasi militer,” ujarnya.
Di Jakarta pihak TNI membantah klaim TPNPB-OPM terkait jumlah prajuritnya yang gugur dalam serangan di Pos Mugi-Mam, Nduga, Sabtu (15/4/2023) itu. Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letnan Jenderal (Letjen) Bambang Ismawan mengatakan, sampai Senin (17/4/2023) hanya tercatat satu prajuritnya yang gugur.
Sementara empat prajurit yang semula dikabarkan dalam penyanderaan, kata Letjen Bambang, hanya terpencar dari satuannya. Namun dikatakan dia, empat prajurit yang terpencar tersebut sudah kembali ke pos satuan masing-masing.
Akan tetapi dikatakan Letjen Bambang, memang masih ada lima personel dari Yonif Raider 321/GT Kostrad dan Kopassus yang sampai saat ini belum diketahui nasibnya.
“Sampai tadi siang, terkonfirmasi lima, kalau nggak salah lima yang belum diketahui. Dan yang lainnya, tadi siang, disampaikan sudah kembali ke pos-pos masing-masing,” ujar Letjen Bambang saat ditemui di Silang Monas, Jakarta, Senin (17/4/2023).
Letjen Bambang pun membantah peryataan-pernyataan kelompok separatisme terkait dengan evakuasi jenazah prajurit yang gugur itu, dan menyangkal terkait perampasan senjata tempur TNI.
“Jadi berita simpang-siur itu tidak benar (penyanderaan). Karena tadi siang sudah ada yang kembali. Jadi satu yang terkonfirmasi sudah gugur, dan yang lainnya itu sudah kembali ke posnya masing-masing. Terkait senjata yang dirampas KST (Kelompok Separatisme Terorisme Papua) itu juga tidak benar. Senjata kembali semua,” tegas Letjen Bambang.
Sementara terkait upaya evakuasi jasad Pratu Arifin yang gugur, dikatakan Letjen Bambang, sampai hari ini belum dapat dilakukan. Hal tersebut dikatakan dia karena situasi keamanan, ditambah faktor cuaca yang tak menentu di lokasi penyerangan yang menghambat upaya penjemputan jenazah.
Kata dia melanjutkan, Panglima TNI, bersama Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), dan Panglima Kostrad, serta beberapa personel tinggi dari Mabes TNI, pada Senin (17/4/2023) sudah bertolak ke Timika, Papua untuk mengetahui langsung terkait situasi di Nduga pascapenyerangan di Pos Mugi. Letjen Bambang mengatakan, keberangkatan para personel tinggi dari Mabes TNI itu untuk memastikan apa yang harus dilakukan dan yang menjadi kebutuhan untuk strategi lanjutan dari TNI sebagai respons militer pascapenyerangan di Nduga.
“Panglima bersama KASAD, Pangkostrad, dan asisten lainnya ke sana, untuk memastikan keadaan, dan melihat kebutuhan di sana,” ujar Letjen Bambang. Panglima TNI akanmelihat langsung kondisi di lapangan untuk menentukan strategi terbaru untuk memastikan keamanan di Papua.