Fasilitas Kesehatan di Sudan Dijarah, Dipakai untuk Tujuan Militer
Beberapa fasilitas kesehatan di Sudan dijarah dan digunakan untuk tujuan militer
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memaparkan adanya laporan tentang beberapa fasilitas kesehatan di Sudan yang dijarah dan lainnya digunakan untuk tujuan militer.
Dalam seminar daring mengenai kesehatan global pada Selasa (18/4/2023), Tedros mengatakan bahwa sebanyak 270 korban tewas selama pertempuran antara tentara nasional Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
"Fasilitas dan pekerja kesehatan tidak boleh menjadi sasaran, apalagi dalam situasi seperti ini di mana ada ribuan warga sipil yang membutuhkan akses perawatan darurat," kata dia.
Tedros meminta semua pihak yang berkonflik di Sudan untuk mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, mengingat lebih dari 2.600 orang terluka dalam pertempuran itu.
"Saya ingin menegaskan bahwa semua pihak harus memastikan akses tak terbatas dan aman ke fasilitas kesehatan bagi mereka yang terluka dan semua orang yang membutuhkan perawatan medis," tutur dia.
Tedros mengutuk jatuhnya korban jiwa dan pergerakan yang dibatasi di Sudan karena ketidakamanan.
"Pergerakan telah dibatasi karena ketidakamanan, hingga menciptakan tantangan bagi petugas kesehatan dan ambulans untuk mencapai fasilitas kesehatan... (situasi ini) membahayakan nyawa," kata dia.
Dia juga mengatakan bahwa perbekalan yang didistribusikan WHO ke fasilitas kesehatan sebelum eskalasi konflik baru-baru ini telah habis.
"Rumah sakit di Khartoum yang menerima warga sipil yang terluka melaporkan kekurangan tenaga medis dan pasokan medis penyelamat nyawa," kata Tedros.
Selain itu, Sudan juga menghadapi kekurangan bahan bakar untuk generator rumah sakit. Pemadaman air dan listrik dilaporkan mempengaruhi fungsi fasilitas kesehatan.
"Dilaporkan juga bahwa beberapa rumah sakit sudah ditutup, atau hampir ditutup, karena serangan dan kurangnya tenaga medis dan pasokan medis," ujar dia.