Selamatkan Diri Anda dari 'Kesesatan' Makan Saat Lebaran

Fenomena makan berlebihan cenderung terjadi ketika momen Lebaran.

Myhalalkitchen
Mengendalikan diri saat menyantap berbagai hidangan istimewa untuk Lebaran. Foto ilustrasi.
Red: Joko Sadewo

Oleh : Qommarria Rostanti, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Bersamaan dengan berakhirnya bulan suci Ramadhan dan perayaan Lebaran,ada satu fenomena unik yang kerap terjadi di tengah umat Islam, yaitu makan berlebihan. Makan berlebihan adalah salah satu masalah paling umum yang terjadi selama Idul Fitri.


Setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan, orang suka memanjakan diri dengan makanan bersantan dan manis yang juga dapat menyebabkan sakit perut, tidak nyaman, gas, dan kembung. Pada Lebaran hari pertama dan kedua, biasanya berbagai hidangan lezat dan menarik memenuhi meja makan. Tak hanya makanan berat, tapi juga ringan.

Beragam sajian kuliner juga tersaji ketika Anda mengunjungi rumah saudara, tetangga, maupun sahabat. Meski di rumah sudah makan, tak jarang ketika berkunjung, Anda kembali makan meski perut sudah begah.

Menurut ahli medis, binge eating dan over eating cenderung dilakukan kebanyakan orang setelah bulan puasa panjang selesai. Binge eating terjadi ketika penderitanya makan dalam jumlah yang banyak dan sulit menahan dorongan untuk makan.

Saat Idul Fitri, masyarakat seolah menunjukkan ketidakpedulian dan mulai mengonsumsi berbagai jenis makanan pada saat bersamaan. Padahal hal itu dapat berdampak pada sistem pencernaan.

Agama Islam pun mengajarkan umatnya untuk menghindari makan berlebihan. Umat harus berhati-hati dalam mengambil makanan dan memastikan keamanannya untuk tubuh terutama perut dari segi medis.

Terlalu banyak mengonsumsi makanan bersantan dan manis selama Idul Fitri dapat menyebabkan masalah pencernaan termasuk sakit perut, mulas, bahkan diare. Pasien dengan tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung disarankan tidak menambahkan terlalu banyak makanan dan menghindari minuman dingin dan junk food untuk menghindari komplikasi.

Lantas, apa yang harus dilakukan umat Islam agar tetap sehat saat, selama, dan setelah Lebaran? Masyarakat harus mengatur asupan makanan bersantan, berminyak, asin, gorengan, dan berminyak saat Lebaran. Masyarakat dianjurkan tetap mengonsumsi makanan seimbang yang terdiri atas protein, sayuran, buah-buahan, dan air.

Selama Ramadhan, karena berpuasa, orang-orang sering kali mengonsumsi air lebih sedikit dari biasanya. Untuk itu, ini saatnya untuk mengembalikan konsumsi air seperti sedia kala.

Pastikan memiliki cukup air dan cairan hidrasi untuk mengisi kembali keseimbangan elektrolit tubuh untuk mengatur metabolisme. Banyak orang cenderung makan berlebihan saat mereka haus.

Tubuh manusia membutuhkan setidaknya delapan hingga 10 gelas setiap hari. Hindari jus kemasan dan minuman berkalori tinggi karena merupakan bom kalori. Beberapa di antaranya bahkan mungkin ada yang mengandung lebih dari 500 kalori (lebih banyak dari yang kalori yang Anda dapat saat makan).

Keuntungan lain dari cairan adalah memberi rasa kenyang dan mencegah makan berlebihan. Minuman bersoda juga harus dihindari. Asupan kafein harus dibatasi satu hingga dua cangkir teh atau kopi sehari. Alkohol harus benar-benar dihilangkan karena merupakan sumber kalori kosong.

Makanan yang digoreng dan berlemak dapat menyebabkan masalah lambung. Untuk itu, sebaiknya tidak menyantap panganan tersebut secara berlebihan. Jangan memperlakukan makanan sebagai hadiah setelah berpuasa Ramadhan. Pasalnya, hal itu dapat menganggu kesehatan tubuh Anda. Setelah rasa lapar teratasi, tak perlu tergoda dengan banyaknya makanan lezat.

Setelah sebulan berpuasa Ramadan, sistem pencernaan dan lambung melakukan penyesuaian untuk tidak mengonsumsi makanan atau cairan dalam jangka waktu lama. Ada kemungkinan cairan lambung seperti asam lambung dan sekresi empedu tidak diproduksi dalam jumlah normal seperti pada pola makan yang teratur.

Penyesuaian ini dilakukan tubuh selama bulan puasa untuk mengatasi kekurangan makanan dan cairan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa setelah konsumsi makanan biasa dilanjutkan, seseorang harus berhati-hati agar tidak mengejutkan sistem. Peralihan ke waktu makan normal harus bertahap. Kontrol porsi sangat penting saat Lebaran.

Selama Idul Fitri, yang terbaik adalah memulai dengan asupan yang sama seperti yang biasa dilakukan tubuh selama Ramadhan. Alternatifnya, seseorang dapat menghitung rata-rata konsumsi mingguannya dan menargetkan jumlah yang sama untuk beberapa pekan ke depan.

Setelah dua pekan, seseorang dapat menambahkan 200 kalori ekstra menjadi 400 atau 500 kalori. Penambahan kalori yang lambat ini menggantikan makanan yang Anda lewatkan selama Ramadan.

Pasca-Ramadhan, memang cukup wajar apabila masyarakat “menyerah” pada pesta makan saat Lebaran. Namun perlu dicatat bahwa tubuh menyesuaikan diri tanpa asupan kalori dan hidrasi selama lebih dari 14 jam saat puasa. Beralih langsung ke makanan berlimpah bisa menjadi tantangan tersendiri  bagi tubuh. Jika gagal, Anda akan mengalami penambahan berat badan setelah Lebaran.

Untuk itu, konsumsilah makanan yang mengandung protein serta karbohidrat kompleks dengan serat tinggi seperti sayuran. Waktu makan pun harus diatur dengan tepat untuk menyediakan bahan bakar bagi tubuh dan otak.  Jangan lupa untuk makan perlahan. Kunyah setiap butir dengan baik agar pencernaan lebih sehat.

Setelah Ramadhan usai, penting untuk kembali ke rutinitas olahraga normal yang teratur. Meski begitu, peralihan intensitas olahraga bisa dilakukan secara perlahan. Setidaknya olahragalah empat hari sepekan dengan durasi masing-masing minimal 30 hingga 40 menit.

Selain itu, untuk bisa tetap sehat setelah Ramadhan dan Lebaran, masyarakat harus mengembalikan durasi tidur normal. Anda perlu tidur sekitar delapan jam untuk mengembalikan ritme sirkadian tubuh. Jadwal tidur yang terganggu selama Ramadhan dapat menyebabkan metabolisme tidak sehat.

Kesimpulannya, merayakan Idul Fitri dengan segala kemeriahan sah-saja saja. Namun hendaknya jangan sampai melakukan kecerobohan apapun agar kebahagiaan diri sendiri dan keluarganya terselamatkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler