Sholat Idul Fitri di Puro Mangkunegaran, Momen Refleksi dan Toleransi

Desi mengungkapkan tidak condong ke satu sisi baik Muhammadiyah maupun NU.

Republika/C02
Ribuan jamaah Muhammadiyah berduyun-duyun menuju Pamedan, Puro Mangkunegaran untuk melangsungkan ibadah sholat idul Fitri usai berpuasa selama satu bulan, Jumat (21/4/2023).
Rep: Muhammad Noor Alfian Choir Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, Jelang shalat idul Fitri di halaman Puro Mangkunegaran, takbir menggema di seluruh penjuru. Tampak masyarakat asik masyuk berduyun-duyun di sepanjang Jalan Ronggowarsito menenteng sajadah hingga koran serta menata shaf menghadap kiblat sejak pukul 06.00 WIB. 


Usai beribadah memerangi hawa nafsu selama sebulan lamanya dan menunaikan shalat idul Fitri, khatib Ahmad Dimyati mengungkapkan beberapa pesan. Di antaranya adalah refleksi diri di bulan ramadhan sebagai bentuk menjajaki keimanan setiap insan dalam rangka mendekatkan diri kepada sang kuasa, Allah SWT. 

"Pagi ini segenap kaum muslimin di tanah air dan sejumlah negeri telah melaksanakan shalat Id dan merayakan idul Fitri satu Syawal Tahun 1444 Hijriyah dengan penuh kepasrahan," kata Ahmad, Jumat (21/4/2023). 

"Gema takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih berkumandang di cakrawala dengan segala kerendahan hati dan penuh pengharapan dari setiap insan yang beriman. Semuanya terpusat dan bermuara sebagai wujud ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Rahman dan Maha rahim," katanya.

Ia melanjutkan, puasa adalah kawah candradimuka dimana setiap insan digembleng untuk menahan diri dari hawa nafsunya. Tentunya, tujuan finalnya adalah untuk menjadi hamba yang bertakwa.

"Kita segenap muslimin baru saja menghadiri puasa Ramadhan dengan cara rangkaian ibadah lainnya untuk membentuk diri jadi Insan bertakwa. Puasa sendiri merupakan gemblengan rohani yang paling revolusioner yakni menahan diri dari hawa nafsu duniawi. Hasilnya ialah kualitas diri sebagai insan muttaqin yakni orang-orang bertakwa seperti tujuan berpuasa yang diperintahkan Allah SWT," katanya. 

Di sisi lain, sebagian umat Islam melaksanakan shalat idul Fitri lebih dahulu. Ada juga sebagian umat lainnya yang melangsungkan shalat idul Fitrinya mengikuti pemerintah yang baru akan berlangsung esok hari, Sabtu (22/4/2033). 

"Jadi perbedaan itu adalah hal yang lumrah. Kita menghormati. Yang dinamakan toleransi itu menghormati. Bukan memaksakan. Saya harus mengikuti sana, sana harus mengikuti kita, itu tidak. Kita menghormati apa yg mereka yakini, mereka pun diharapkan menghormati keyakinan kita," katanya.

"Insya Allah, kalau timbul keyakinan semacam itu. Tidak akan ada masalah. Kalau ada paksaan, ini bukan toleran lagi. Toleran itu saling menghormati," tegasnya. 

Desiana (39) warga asli Solo mengatakan bahwa pihaknya memutuskan untuk melangsungkan shalat idul Fitri hari ini lantaran menurut penilaiannya 1 Syawal jatuh pada hari ini. Ia mengaku mudik tahun ini dari Bandung. "Karena kemarin kan ada gerhana jadi kata saudara harusnya bulan sudah tampak. Jadi saya meyakini 1 Syawal hari ini," katanya, Jumat (21/4/2023). 

Desi mengungkapkan bahwa pihaknya tidak condong ke satu sisi baik Muhammadiyah maupun NU. Sebab, seperti diketahui kebanyakan yang melangsungkan ibadah hari ini adalah warga Muhammadiyah. 

"Enggak sih, kita gak ada aliran ke NU atau Muhammadiyah ikut Islam aja. Di keluarga juga ada yang shalat besok. Kalau hari ini sudah ada yang ngucapin selamat idul Fitri kalau besok ya ngucapin lagi," katanya. 

"Dari kecil sudah biasa sih kita lebaran hari hari ini masih ada yang puasa," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler