Charles, Raja Inggris yang Terburu-buru

Penobatan Charles sebagai raja kurang dari dua minggu lagi.

EPA-EFE/CLEMENS BILAN
Raja Charles III (kiri) dan Camilla, Permaisuri di depan Gerbang Brandenburger di Berlin, Jerman, 29 Maret 2023.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Setelah menunggu hampir 74 tahun untuk menjadi raja, Charles telah menggunakan enam bulan pertamanya di atas takhta untuk melakukan banyak hal. Diantaranya bertemu dengan para pemimpin agama di seluruh negeri, merombak kediaman kerajaan, melakukan kunjungan kenegaraan ke luar negeri pertamanya dan mengadakan acara menginap di Kastil Windsor yang mengundang pelatih dari tim sepak bola nasional Inggris.

Baca Juga


Charles juga membuka arsip kerajaan untuk para peneliti yang menyelidiki kaitan mahkota dengan perbudakan. “Kami sudah terkejut dengan Pangeran Charles yang berubah menjadi Raja Charles dan yang masih kami panggil Pangeran Charles, karena begitulah cara kami memikirkannya. Tapi, sebenarnya, dia menjadi raja lebih cepat dari yang diharapkan orang," ujar sejarawan kerajaan Robert Lacey.  

Penobatan Charles sebagai raja kurang dari dua minggu lagi. Charles dan Istana Buckingham bekerja dengan kecepatan tinggi untuk menunjukkan bahwa raja baru sedang bekerja.

Publik melihat ada kedaulatan baru saat Charles mencoba melangsingkan monarki dan menunjukkan bahwa itu masih relevan di negara multi-budaya modern, di mana penghormatan terhadap Ratu Elizabeth II membungkam kritik selama 70 tahun dia bertahta.

Kesopanan dan sikap keibuan menjadi ciri pemerintahan Elizabeth. Setiap orang yang bertemu dengan Elizabeth membungkuk di hadapannya.

Sementara, ketika pertama kali naik tahkta, Charles sudah menunjukkan amarahnya saat tinta pulpennya bocor. Ketika itu, dia hendak membubuhkan tanda tangan namun pulpen yang dia pakai bocor hingga membuat Charles kesal.

Pada kunjungan kenegaraan pertamanya, Charles menunjukkan kemampuannya untuk menggunakan bahasa Jerman dan Inggris dalam pidatonya di Bundestag, parlemen Jerman.

“Charles, raja, dengan kesalahan dan kebajikannya, telah menjadi subjek yang lebih menarik. Maksud saya, saputangan saku apa yang akan dia pakai? Mungkin ini akan setara dengan tas tangan ratu," kata Lacey, penulis buku Battle of Brothers: William & Harry and the Inside Story of Family in Tumult.

Charles mencoba untuk mendahului pertanyaan sejarah dengan menjanjikan keterbukaan tentang hubungan kerajaan dengan perbudakan. Tetapi beberapa orang berpikir bahwa komitmen itu gagal.

Laura Trevelyan, yang nenek moyangnya memperbudak setidaknya 1.000 orang di pulau Grenada, mengatakan, raja harus meminta maaf. "Saya berharap dia akan menggunakan sebagian dari kekayaan yang dikumpulkan keluarga kerajaan dari perdagangan budak untuk memperbaiki kehidupan orang-orang di Karibia dan di Inggris yang merupakan keturunan dari para budak," kata Trevelyan kepada Times of London.

Di sisi lain, Charles terus menangkis kritik dari Pangeran Harry. Dalam buku memoarnya Spare, Harry menggambarkan ayahnya sebagai orang tidak simpatik terhadap seorang putra yang berjuang dengan kematian ibunya, Putri Diana. 

Harry juga berpendapat keluarga kerajaan seharusnya berbuat lebih banyak untuk menerima istrinya, Meghan, yang merupakan seorang keturunan Amerika.

Seorang sejarawan kerajaan dan penulis Coronation: The Crowning of Elizabeth II, Hugo Vickers, membandingkan naik takhta raja baru dengan seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin perusahaan global pada saat kebanyakan orang telah pensiun. Charles akan menghadapi masalah agama, angkatan bersenjata dan politik, selain menjalankan rumah tangga kerajaan dan menengahi perseteruan keluarga.

“Ini hal yang besar untuk dilakukan pada usia itu. Jadi, ya, saya curiga dia orang yang terburu-buru," kata Vickers tentang Charles yang akan berusia 75 tahun pada November. 

Tetapi di sisi lain, masa magang Charles yang lama juga bisa menjadi keuntungan, memberinya lebih banyak pelatihan dan pengalaman ketimbang ibunya, yang baru berusia 25 tahun ketika menjadi ratu.

Elizabeth dididik oleh tutor.  Sementara Charles bersekolah di Hill House School di London pada usia 8 tahun.

Putra pendiri sekolah, Richard Townend, mengatakan ayahnya mendirikan sekolah sebagai penangkal. Ayahnya berpikir bahwa anak-anak yang belajar tentang budaya lain akan cenderung berperang sebagai orang dewasa.

“Apa yang ingin dia lakukan adalah membuat sekolah, yang tidak seperti sekolah lain pada saat itu, di mana separuh anak-anaknya bukan orang Inggris. Mereka datang dari seluruh dunia, jadi anak-anak akan belajar untuk hidup bersama, berbeda kebangsaan, berbeda orang, berbeda warna kulit, berbeda ras, berbeda agama," ujar Townend.

"Dia merasa sangat bersemangat jika anak-anak belajar untuk hidup damai satu sama lain, maka dunia akan menjadi lebih baik," tambah Townend.

Charles akhirnya memperoleh gelar sarjana di bidang sejarah dari University of Cambridge dan menghabiskan enam tahun di Angkatan Laut Kerajaan sebelum fokus pada tugasnya sebagai pewaris takhta. Sebagai Prince of Wales Charles mendirikan badan amal, termasuk  membantu kaum muda mendapatkan pekerjaan, pendidikan, dan pelatihan. 

Dia memulai perusahaan makanan organik dan berkecimpung dalam perencanaan kota.  Charles juga seorang advokat awal untuk konservasi dan perlindungan lingkungan.

Namun kontroversi terbesar dalam hidup Charles adalah berakhirnya pernikahannya dengan Putri Diana. Kemudian skandal perselingkuhan Charles dengan Camilla Parker-Bowles, yang kini menjadi istrinya.

Banyak orang masih ingat pengakuan Charles tentang perselingkuhannya dan bocoran rekaman percakapan intim antara Charles dan Camilla. Charles membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melupakan kegagalan pernikahan pertamanya, dan banyak orang tidak langsung menerima Camilla.

Dalam buku memoarnya Spare, Harry menulis dengan getir tentang upaya istana untuk merehabilitasi citra Camilla.

Seiring berjalannya waktu, pekerjaan amal Camilla, selera humornya, dan gayanya yang membumi telah memenangkan hati publik. Dia kemudian beralih dari perusak rumah tangga menjadi ratu. Camilla akan dinobatkan bersama suaminya, Charles di Westminster Abbey.

“Ini adalah pria yang telah mengatasi masalah dan rintangan,” kata Lacey, konsultan sejarah untuk serial Netflix "The Crown."

“Dia dicintai terlepas dari masalah yang dia alami.  Dia dicintai karena kesalahannya dan juga karena kebaikannya.  Kami mendapatkan sosok yang bulat, dan itulah yang dimaksud dengan monarki yang diwakili secara pribadi," kata Lacey.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler