Ini Dia Ciri Gawai yang Mudah Diretas

Setiap aplikasi itu pasti ada setidaknya satu persen atau 0,1 persen celah keamanan.

Unsplash
Hati-hati jika ponsel Anda terlalu banyak aplikasi karena rawan diretas/ilustrasi.
Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom Alfons Tanujaya menyebut gawai yang memiliki terlalu banyak aplikasi rentan diretas. ''Semakin banyak aplikasi, kamu semakin banyak menyediakan pintu untuk orang asing masuk,'' kata Alfons.

Baca Juga


Pada era kemajuan teknologi saat ini, beragam jenis aplikasi semakin menjamur, dengan tujuan untuk menunjang keseharian penggunanya. Namun, tanpa pengetahuan dan kewaspadaan, siapa pun yang lengah dapat menjadi korban eksploitasi data, salah satunya dari aplikasi yang digunakan sehari-hari.

''Setiap aplikasi itu pasti ada setidaknya satu persen atau 0,1 persen celah keamanan. Kalau di handphone ada 10 aplikasi saja berarti kerentanannya 10 kali lipat lebih tinggi,'' kata Alfons menjelaskan.

Alfons mengatakan banyak kasus eksploitasi data yang telah terjadi dari aplikasi atau perangkat lunak tanpa disadari oleh penggunanya sehingga celah keamanan tidak bisa dianggap sepele.

Pendiri perusahaan antivirus komputer Vaksincom itu menyarankan para pengguna gawai untuk secara rutin melakukan declutter,yakni merapikan, termasuk menghapus beberapa aplikasi yang jarang bahkan tidak pernah digunakan.

''Cara memulainya susun aplikasi ke dalam beberapa kategori, misalnya kategori game, finansial, media sosial, dan lain-lain. Dengan ini kita akan menyadari aplikasi mana saja yang tidak perlu,'' kata Alfons.

Selain itu, menurut Alfons, update atau memperbarui seluruh aplikasi yang dimiliki adalah suatu keharusan. Setiap aplikasi pasti akan memerlukan pembaruan secara berkala, untuk menambah beberapa fitur baru hingga membenahi beberapa kesalahan atau bug.

Alfons menjelaskan pembaruan itu juga kerap kali untuk memperkuat sistem keamanan aplikasi dari serangan para peretas.

''Meski sudah diperbarui pun masih ada kemungkinan kerentanan, tidak 100 persen aman, namun, setidaknya mengurangi resiko itu,'' ujar Alfons menambahkan.

Aplikasi yang jarang atau bahkan tidak pernah diperbaharui, jelas dia, sangat berbahaya dan rentan untuk dieksploitasi oleh para peretas. Terlalu banyak aplikasi juga membuat pembaruan secara otomatis terhambat.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler