Kasus Covid-19 di Garut Terkendali Selama Libur Lebaran

Kasus Covid-19 di Garut mengalami kenaikan selama libur Lebaran namun terkendali.

EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyampaikan wabah penularan COVID-19 selama libur Lebaran masih terkendali.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyampaikan wabah penularan COVID-19 selama libur Lebaran masih terkendali. Meskipun telah terjadi kenaikan kasus positif COVID-19 dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebagai dampak tingginya mobilitas masyarakat.

Baca Juga


"Masih terkendali, meskipun ada sedikit kenaikan bila dibandingkan periode bulan lalu," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Garut Asep Surahman di Garut, Jumat (28/4/2023). 

Ia menuturkan, Pemkab Garut, khususnya dari jajaran Dinkes Garut berupaya melakukan pencegahan dan penanggulangan, karena wabah COVID-19 masih diwaspadai penularannya. Selama April 2023 atau saat momentum Ramadhan dan Lebaran, kata dia, kasus COVID-19 terjadi kenaikan yang berdasarkan perhitungan dalam sepekan terakhir naik menjadi 30 kasus baru, sebelumnya rata-rata hanya 20 kasus dalam hitungan setiap sepekan.

"Biasanya kita hitung per minggu, rata-rata 20 kasus, tetapi selama bulan ini mencapai 30 kasus per minggu," kata Asep.

Ia menyampaikan, adanya kenaikan kasus COVID-19 itu terjadi karena meningkatnya mobilitas masyarakat saat libur Lebaran, dan munculnya varian baru sehingga masyarakat harus mewaspadainya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Upaya pencegahannya, lanjut dia, salah satunya dengan selalu memakai masker dalam beraktivitas terutama saat berinteraksi di tengah kerumunan orang, kemudian vaksinasi lengkap untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang wabah COVID-19.

Selama ini, kata dia, masih ada masyarakat bahwa pandemi COVID-19 sudah berakhir, dan belum menganggap penting vaksinasi sebagai upaya mencegah penularan COVID-19, ada pun masyarakat mau divaksin karena tujuan lain untuk persyaratan tertentu.

"Sudah menganggap pandemi berakhir, covid sudah tidak ada, sehingga ada anggapan tidak perlu divaksin, kalau pun itu mau divaksin bilamana atas kebutuhan tertentu, seperti untuk syarat perjalanan, melamar kerja, sekolah, dan lain-lain," katanya.

Adanya berbagai kendala di lapangan itu, kata Asep, membuat jajarannya tetap berupaya mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan diri, dan secara masif melakukan kegiatan vaksinasi di setiap Puskesmas. Selama ini, lanjut dia, capaian vaksinasi penguat sudah mencapai 60 persen dari target 70 persen, sisanya akan terus digenjot dengan menyiapkan sentra vaksinasi di Garut.

"Untuk saat ini ketersediaan vaksin masih terbatas, ke depan bilamana sudah ada distribusi yang cukup kita buka lagi sentra vaksin," katanya.

Ia menambahkan, jajaran Dinkes Garut juga terus melakukan penelusuran dan memeriksa kondisi kesehatan masyarakat, terutama yang kontak erat dengan pasien positif COVID-19. Jika ada masyarakat yang bergejala COVID-19, kata dia, maka harus mendapatkan penanganan medis dengan melakukan isolasi mandiri jika gejala ringan, dan dirawat di rumah sakit jika gejala berat.

"Setiap pasien bergejala covid dilakukan tata laksana pengambilan swab antigen dan PCR, tata lakasana kasus positif dengan isolasi di RSU dan isoman bila gejala ringan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler