Gejala Covid-19 Arcturus Bisa Disalahartikan dengan Alergi
Varian arcturus tampak memiliki gejala yang berbeda.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak munculnya pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, virus SARS-CoV-2 terus bermutasi menimbulkan varian baru. Cara virus menginfeksi tubuh manusia juga ikut mengalami perubahan.
Sejak awal, publik diminta waspada terhadap gejala batuk terus-menerus dan kehilangan rasa atau penciuman akibat virus tersebut. Kini, setelah bertahun-tahun kemudian, ada gejala lain yang harus diwaspadai.
Varian Covid XBB.1.16, yang lebih dikenal sebagai arcturus, adalah jenis terbaru yang menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Arcturus pertama kali terdeteksi pada bulan Januari oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kasus varian pertama kali ditemukan di Inggris pada bulan Maret. Subvarian omicron telah menyebar ke setidaknya 34 negara, menghasilkan peningkatan kasus yang signifikan.
Virus dilaporkan sudah masuk Indonesia, termasuk di DKI Jakarta sampai Jawa Timur. Dari India, ada laporan tentang gejala baru, yang tidak terlihat pada jenis virus sebelumnya.
"Covid arcturus memiliki gejala baru yang jarang terlihat pada jenis virus sebelumnya," menurut laporan, seperti dikutip dari laman Indian Express, Ahad (30/4/2023).
Dokter Neha Narula, dari Stanford Medicine, mengingatkan bahwa pasien Covid bisa mengalami konjungtivitis. Kepada CBS, Narula mengatakan bahwa gejala umum virus, antara lain, sakit tenggorokan, batuk, demam. Tetapi, gejala baru, yakni, konjungtivitis atau lebih dikenal dengan kondisi mata merah ini juga perlu menjadi perhatian.
"Itu terjadi pada anak-anak dan orang dewasa," kata Narula.
Narula menjelaskan bahwa sebenarnya itu bukan hal baru untuk Covid-19 karena beberapa strain sebelumnya menghasilkan gejala yang sama. Kondisi mata merah atau iritasi juga terdaftar sebagai salah satu gejala Covid yang "kurang umum", menurut WHO.
Dr Narula juga mengingatkan bagi yang belum terlindungi dengan vaksin atau booster, maka harus segera mendapatkannya. Tetapi jika mengalami beberapa gejala, seperti mata berair, mata merah gatal, atau gejala pilek lainnya, terutama dengan subvarian baru yang sekarang beredar, disarankan tidak menganggapnya sebagai alergi.
"Lanjutkan dan lakukan tes Covid dan konsultasikan ke penyedia layanan kesehatan Anda sehingga mereka dapat memberi Anda panduan lebih lanjut dalam hal perawatan," kata Narula.
Senada, dokter anak India Vipn M Vashishtha, yang merupakan anggota program Jaring Pengaman Vaksin WHO, juga mengatakan anak-anak bisa menderita demam tinggi, pilek dan batuk, dan "konjungtivitis gatal" dengan "mata lengket" akibat infeksi Covid.
Pakar penyakit infeksi anak di UTHealth Houston dan Children's Memorial Hermann Hospital, dr Michael Chang, melihat belum ada cukup bukti bahwa gejala konjungtivitis diakibatkan Covid-19 varian arcturus. Kasus tersebut baru terlihat di India.
"Kami tahu kasus Covid mereka meningkat, dan mungkin, anak-anak ini dites positif Covid, tapi kami juga tidak tahu apakah mereka dites positif untuk hal lain," ungkap Chang.
Pada 17 April, ada setidaknya 120 kasus arcturus yang dilaporkan di Inggris. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kemungkinan gejala lain dari arcturus meliputi:
- Demam
- Tubuh menggigil
- Batuk kronis
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau pilek
- Kelelahan
- Mual dan muntah
- Diare
- Sesak napas, atau kesulitan bernapas
- Kehilangan rasa atau bau