Selang Beberapa Jam Setelah Terpapar Polusi Udara, Orang Bisa Alami Aritmia Jantung

Kualitas udara yang buruk berdampak langsung pada aktivitas jantung.

EPA
Warga Cina mengenakan masker untuk menghindari polusi udara di Beijing. Studi menemukan adanya peningkatan yang signifikan dalam risiko aritmia dalam beberapa jam pertama setelah terjadi peningkatan tingkat polusi udara.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini, pola makan yang buruk terkenal sebagai faktor risiko masalah jantung. Namun, sebuah studi baru memperingatkan bahwa udara yang dihirup juga bisa berperan.

Yang mengkhawatirkan, tim penelitian Canadian Medical Association Journal menyebutkan bahwa polusi udara dapat memicu aritmia jantung atau detak jantung tidak teratur dalam beberapa jam setelah terpapar. Jantung dikendalikan oleh sistem konduksi yang mengirimkan impuls listrik, memicu detak jantung.

Baca Juga


Aritmia disebabkan oleh masalah pada sistem konduksi ini dapat membuat jantung berdetak terlalu lambat, terlalu cepat, atau tidak teratur. Yang mengkhawatirkan, aritmia jantung dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kematian jantung mendadak.

Melihat hampir 200 ribu kasus rawat inap di Cina, penelitian ini menemukan peningkatan yang signifikan dalam risiko aritmia dalam beberapa jam pertama setelah peningkatan tingkat polusi udara. Sebagai catatan, polusi udara di Cina jauh di atas pedoman kualitas udara World Health Organization (WHO).

Dikutip dari laman Express, Rabu (3/5/2023), tim peneliti melihat kemungkinan paparan udara kotor setiap jam menyebabkan timbulnya gejala aritmia. Mereka memperingatkan bahwa kualitas udara yang buruk berdampak langsung pada aktivitas jantung, dan orang yang berisiko harus dilindungi ketika polusi udara tinggi.

Dr Renjie Chen dari School of Public Health di Fudan University di Shanghai, China, mengatakan bahwa mereka menemukan paparan akut terhadap polusi udara ambien dikaitkan dengan peningkatan risiko aritmia simtomatik.

"Risiko terjadi selama beberapa jam pertama setelah terpapar dan dapat bertahan selama 24 jam," ucap dr Chen.

Tim peneliti menganalisis konsentrasi enam polutan udara dari stasiun pemantauan terdekat dengan rumah sakit pelapor. Di antara polutan tersebut, nitrogen dioksida (NO2) menunjukkan efek paling kuat pemicu masalah jantung.

Dr Chen kemudian menambahkan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa polusi udara mengubah aktivitas elektrofisiologi jantung dengan memicu stres oksidatif dan peradangan sistemik. Polutan juga memengaruhi saluran membran serta merusak fungsi saraf otonom.

"Meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami, hubungan antara polusi udara dan serangan aritmia akut yang kami amati, masuk akal secara biologis," ujar dr Chen seraya menegaskan bahwa studinya menyoroti pentingnya mengurangi paparan polusi udara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler