Risiko Kesehatan dari Kesepian Sama Mematikannya dengan Merokok
Masyarakat diserukan untuk bersosialisasi agar tidak kesepian.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesepian bisa menimbulkan risiko kesehatan yang sama mematikannya dengan merokok sekitar selusin batang rokok setiap hari. Hal itu disampaikan Surgeon General Amerika Serikat Vivek Murthy dalam laporan terbaru setebal 81 halaman.
Murthy juga menyoroti bahwa kesepian telah menjadi epidemi kesehatan masyarakat yang meluas di Amerika Serikat. Sekitar setengah dari orang dewasa di AS mengatakan pernah merasa kesepian. Artinya, jutaan orang di AS berjuang dalam bayang-bayang perasaan itu.
"Kesepian adalah perasaan umum yang dialami banyak orang. Ini seperti lapar atau haus. Itu adalah perasaan yang dikirimkan tubuh kepada kita ketika sesuatu yang kita butuhkan untuk bertahan hidup hilang," kata Murthy, dikutip dari laman NBC News, Kamis (4/5/2023).
Studi menunjukkan bahwa dalam beberapa dekade terakhir, warga AS terus melaporkan peningkatan perasaan kesepian. Terlebih, orang di AS ditengarai kurang terlibat dengan rumah ibadah, organisasi komunitas, bahkan anggota keluarganya sendiri.
Jumlah rumah tangga tunggal di AS meningkat dua kali lipat selama 60 tahun terakhir. Krisis itu semakin memburuk saat pandemi Covid-19, karena sekolah dan tempat kerja tutup sehingga jutaan orang harus mengisolasi diri, jauh dari kerabat atau teman.
Pandemi juga membuat banyak orang mengurangi waktu yang dihabiskan bersama teman. Orang Amerika menghabiskan sekitar 20 menit sehari secara pribadi dengan teman-teman pada 2020, turun dari 60 menit setiap hari hampir dua dekade sebelumnya.
Epidemi kesepian diketahui memiliki efek paling signifikan pada kaum muda, terutama mereka yang ada di rentang usia 15 hingga 24 tahun. Kelompok usia itu melaporkan penurunan 70 persen waktu yang dihabiskan bersama teman selama periode yang sama.
Terkait dampak kesehatannya, Murthy menjelaskan bahwa kesepian yang terus-menerus dirasakan bisa meningkatkan risiko kematian dini hampir 30 persen. Orang yang memiliki hubungan sosial yang buruk juga memiliki risiko lebih besar terkena strok dan penyakit jantung.
Menurut studi, keterasingan meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami depresi, kecemasan, dan demensia. Namun, Murthy tidak memberikan data yang menggambarkan jumlah kasus meninggal dunia secara langsung karena kesepian atau keterasingan.
Murthy menyerukan agar tempat kerja, sekolah, perusahaan, organisasi masyarakat, orang tua, dan masyarakat pada umumnya membuat perubahan yang bisa meningkatkan keterhubungan. Orang-orang disarankan untuk bergabung dengan komunitas dan meletakkan ponsel saat mengobrol dengan orang lain.
Pengelola perusahaan pun dianjurkan untuk memikirkan dengan hati-hati tentang kebijakan kerja jarak jauh. Begitu pun sistem kesehatan disarankan memberikan pelatihan berkala bagi dokter dan profesional kesehatan untuk mengenali risiko kesehatan dari kesepian.
Dalam laporannya, Murthy menyoroti pula imbas dari teknologi dan media sosial dalam mendorong peningkatan kesepian. Penelitian yang dia kutip menemukan bahwa orang yang menggunakan media sosial selama dua jam atau lebih setiap hari berisiko dua kali lebih besar merasa kesepian.
Itu jika dibandingkan dengan mereka yang menggunakan aplikasi serupa kurang dari 30 menit sehari. Murthy mengingatkan tidak ada yang dapat menggantikan interaksi langsung.
"Saat banyak orang beralih untuk menggunakan teknologi untuk berkomunikasi, kita kehilangan banyak interaksi langsung," kata Murthy, yang berharap teknologi bisa memperkuat hubungan dan bukan justru melemahkannya.