Masih Doyan Minuman Manis? Ini Peringatan Ahli Gizi
Minuman manis kerap mengandung gula berlebih.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda termasuk penggemar minuman manis? Dokter gizi Samuel Oetoro mengingatkan bahwa mengonsumsi gula berlebih dapat memicu berbagai penyakit, antara lain kegemukan, diabetes, sampai kanker.
"Gula itu bisa memicu kegemukan, memicu adanya kanker karena sel kanker itu makanannya sebenarnya gula. Bisa juga menyebabkan penuaan dini, penuaannya berjalan lebih cepat. Banyak sekali risikonya," ungkap Samuel saat dihubungi Antara, Jumat.
Gula, menurut Samuel, membuat seseorang menjadi lebih emosional. Asupan gula membuat orang merasa segar sehabis makan.
"Tapi setelah beberapa jam kita bisa lemas," kata Samuel yang juga anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia.
Melihat risiko yang mengintai akibat konsumsi gula yang berlebihan, produsen makanan membuat produk pengganti gula. Samuel menganjurkan masyarakat tidak tergiur.
Samuel menyerukan untuk menghentikan kebiasaan mengonsumsi makanan yang manis. Sebab, walaupun diganti dengan pengganti gula, mereka tetap mengonsumsi gula dalam bentuk yang lain.
"Pengganti gula itu mengandung pemanis. Apakah aman? Sementara ini penelitiannya ya aman. Tapi kalau menurut saya yang terbaik adalah melupakan rasa manis di mulut," kata Samuel yang mendapatkan gelar doktor ilmu gizi di Universitas Indonesia.
Jika kebiasaan mengonsumsi makanan yang manis tidak dihilangkan, maka suatu saat seseorang akan kembali mencari gula (makanan manis). Dihubungi terpisah, dokter gizi Inge Permadhi menjelaskan bahwa penggunaan gula sebagai pelengkap bumbu masakan masih diperbolehkan asal jumlahnya tidak berlebihan.
Asupan gula yang simpleks (sederhana), menurut Inge, berjumlah kurang dari lima persen dari total kebutuhan kalori seseorang. Misalnya seseorang memiliki kebutuhan 2.000 kalori, lima persen dari 2.000 adalah 100 kalori.
Jumlah 100 tersebut dibagi lagi menjadi empat sehingga gula simpleks menjadi 25 gram. Dengan penghitungan itu, maka asupan gula simpleks untuk 2.000 kilokalori adalah 2,5 sendok makan dalam sehari.
Takaran tersebut dibagi empat menjadi 25 gr. Itulah yang boleh dikonsumsi dalam bentuk simpleks.
"Itu kira-kira 2,5 sdm sehari untuk 2000 kkal, kalau kebutuhannya kurang dari itu, ya kurang lagi," jelasnya.
Inge mengatakan gula yang perlu dihindari adalah yang berbentuk siap diserap. Gula jenis ini ada pada minuman bersoda atau minuman manis boba.