Begini Rasulullah SAW Menggambarkan Betapa Lembutnya Kaum Perempuan 

Islam menghormati kaum perempuan dan memuliakan mereka

Pixabay
Ilustrasi Muslimah.Islam menghormati kaum perempuan dan memuliakan mereka
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap lemah lembut kepada kalangan perempuan. 

Baca Juga


Ada riwayat hadits yang menunjukkan betapa beliau SAW mewanti-wanti kaum lelaki agar senantiasa bersikap lembut dan memberi pertolongan kepada kalangan wanita. Rasulullah SAW juga bersabda: 

 مَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فلا يُؤْذِي جارَهُ، واسْتَوْصُوا بالنِّساءِ خَيْرًا؛ فإنَّهُنَّ خُلِقْنَ ممِن ضِلَعٍ، وإنَّ أعْوَجَ شَيءٍ في الضِّلَعِ أعْلاهُ، فإنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وإنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أعْوَجَ، فاسْتَوْصُوا بالنِّساءِ خَيْرًا

"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, jangan ganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada perempuan. Karena perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk. Tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika diluruskan, akan patah. Jika dibiarkan, tetap bengkok. Maka berbuat baiklah kepada perempuan."  (HR Bukhari dan Muslim dari jalur Abu Hurairah RA).

Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad SAW berpesan untuk memberikan uluran tangan kepada para wanita yang membutuhkan pertolongan. Nabi SAW bersabda, 

السَّاعِى عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ – وَأَحْسِبُهُ قَالَ، يَشُكُّ الْقَعْنَبِىُّ – كَالْقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ، وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ

"Orang yang mengusahakan bantuan bagi para janda dan orang-orang miskin seolah-olah dia adalah orang yang berjihad di jalan Allah. Perawi berkata, "Dan aku mengira beliau juga berkata, 'Dan seperti orang yang shalat tidak pernah lemah dan seperti orang yang puasa tidak pernah berbuka.'" (HR Bukhari)

Apalagi, tentunya bersikap lemah lembut kepada istri. Allah SWT berfirman: 

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ "Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut..." (QS An Nisa ayat 19).

Dalam riwayat Anas bin Malik RA, pelayan Nabi Muhammad SAW yang melayani beliau selama 10 tahun di Madinah, diketahui tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW mengibaratkan para istrinya dengan sebuah metafora. 

Suatu kali, Ummu Sulaim bepergian bersama para istri Nabi SAW. Ikut serta dalam perjalanan itu, yakni seorang pengawal yang merupakan budak hitam yang memiliki suara bagus. Dia bernama Anjasyah. Lalu Nabi Muhammad SAW berkata kepada Anjasyah: 

رُوَيْدَكَ يا أنْجَشَةُ سَوْقَكَ بالقَوَارِيرِ "Hai Anjasyah, pelan-pelanlah (hati-hatilah) kamu dalam mengawal gelas-gelas kaca." (HR Muslim)

Gelas kaca yang dimaksud bukan merujuk pada makna denotatifnya. Imam Nawawi dalam syarahnya terhadap hadits tersebut menyampaikan, hadits itu menunjukkan bagaimana kasih dan santunnya Nabi Muhammad SAW pada keluarganya. Nabi SAW mengibaratkan para istri beliau dengan botol atau gelas kaca, untuk menggambarkan kehalusan dan kelembutan wanita. 

Baca juga: 22 Temuan Penyimpangan Doktrin NII di Pesantren Al Zaytun Menurut FUUI

Dari penggunaan metafora itu dapat diketahui bahwa jika seorang wanita dihadapi dengan suatu sikap yang keras, atau bahkan dimaki, dibentak, atau dimarahi, maka, sebagaimana gelas kaca, dia akan mudah pecah. Dengan kata lain, wanita tersebut bisa terluka hatinya jika tidak menggunakan kelembutan, termasuk saat bertutur kata kepada mereka. Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, 

 لن تنفق نفقة تبتغي بها وجه الله إلا أجرت عليها حتى ما تجعله في في إمرأتك "Seseorang akan diberi pahala untuk apa pun yang dilakukan karena mengharap ridha Allah, bahkan makanan yang disuapkan pada istrinya." Rasulullah SAW juga mengulurkan kakinya untuk membantu istrinya naik ke punggung unta.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler