Asosiasi Targetkan Ekspor Industri Furnitur Naik 15 Persen Tahun Depan
Industri furnitur menyerap tenaga kerja cukup besar hingga 500 ribu per 2021.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) menargetkan kinerja ekspor industri mebel dan kerajinan naik 10-15 persen pada 2023 dan 2024. Maka, pameran furnitur dan kerajinan IFFINA Indonesia Mebel & Design Expo 2023 yang digelar Asmindo pada 14-17 September 2023 mendatang diharapkan dapat mendorong target tersebut.
Wakil Ketua Asmindo Bidang Promosi dan Pemasaran menyebutkan, tahun lalu total nilai ekspor furnitur sekitar 2,8 miliar dolar AS hingga 3 miliar dolar AS.
"Harapan kami dengan adanya IFFINA ini, ada kenaikan 10-15 persen ekspor kita di 2023-2024," ujarnya usai Launching Nasional IFFINA di Gedung Kemenperin, Selasa (9/5/202).
Ia pun berharap pameran tersebut dapat membuat masyarakat Indonesia menyadari produk mebel produksi lokal bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat menyatakan, pasar furnitur dan kerajinan dunia merupakan pasar potensial bagi Indonesia. Pada 2022, pasar itu mencatat pendapatan sebesar 695 miliar dolar AS, diprediksi meningkat menjadi 766 miliar dolar AS pada akhir 2023.
Sementara, kata dia, jika dibandingkan dengan Indonesia, industri furnitur saat ini baru mencatat pendapatan sebesar 2,8 miliar dolar AS pada 2022. "Secara ranking global, menempatkan Indonesia di urutan ke-17 dan keempat di regional Asia, di bawah China, Vietnam, dan Malaysia," ujar Dedy pada kesempatan serupa.
Padahal, lanjutnya, industri furnitur dan kerajinan memiliki banyak manfaat. Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, industri ini pun menjadi penghasil devisa yang kuat serta mempunyai nilai tambah tinggi, karena rantai nilai yang panjang dan keunggulan sumber daya alam.
"Kita memiliki hutan produksi seluas 68 juta hektar (ha). Kita produsen 85 persen rotan dunia dan nomor tiga produsen bambu terbesar setelah China dan India," tuturnya.
Industri furnitur atau mebel, sambung dia, juga menyerap tenaga kerja cukup besar hingga 500 ribu per 2021. Itu karena industri ini termasuk dalam padat karya.
Industri tersebut turut menciptakan efek luas atau multiplier effect bagi industri lainnya. Sekaligus berkontribusi menggerakkan sektor industri lain lewat berbagai produk bahan baku dan bahan pendukung yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk mebel.