Serangan Israel Kembali Tewaskan Dua Komandan Jihad Islam
Militer Israel terus melancarkan serangan terhadap kelompok militan Jihad Islam.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan udara Israel di Jalur Gaza menewaskan kembali dua komandan Jihad Islam pada Kamis (11/5/2023). Sementara dari pihak Israel, seorang pria berusia 70 tahun meninggal oleh tembakan roket dari Palestina dan merupakan kematian pertama di Israel.
Militer Israel terus melancarkan serangan terhadap kelompok pejuang Jihad Islam. Tentara mengatakan, seorang komandan senior yang bertanggung jawab atas pasukan peluncuran roket Ali Ghali meninggal ketika apartemennya dihantam roket.
Kemudian, Israel kembali menyatakan telah membunuh komandan Jihad Islam lainnya yang dimaksudkan untuk menggantikan Ghali di Gaza selatan. Jihad Islam mengonfirmasi pria itu adalah Ahmed Abu Daqqa.
Kematian Ghali dan Daqqa menambah jumlah kematian tokoh senior Jihad Islam yang disponsori Iran menjadi lima orang sejak Israel mulai menyerang Gaza pada Selasa (9/5/2023) pagi. Namun, kelompok bersenjata terbesar kedua di Gaza setelah Hamas ini tidak mundur dan terus menembakkan roket.
"Kami tidak akan mundur dan pembunuhan hanya akan membuat kami lebih kuat. Balas dendam kami berlanjut," kata kelompok itu.
Juru bicara militer Daniel Hagari mengatakan, dua milisi lainnya juga meninggal dalam serangan pagi hari, meskipun tidak ada kelompok yang segera mengklaim mereka sebagai anggota dan sisa bangunan tetap utuh. “Apartemen itu ditargetkan dengan cara yang sangat tepat. Saya harap ini mengarah pada pengurangan, serangan, dan gangguan kemampuan roket Jihad Islam," kata Hagari.
Militer Israel mengatakan, dalam serangannya terhadap sekitar 150 sasaran, mereka telah memusatkan perhatian pada milisi dengan serangan presisi. Namun anak-anak, di antaranya yang berusia empat tahun, juga tewas.
Hagari menyatakan, seperempat dari roket yang diluncurkan telah jatuh di Gaza. Serangan ini menewaskan sedikitnya empat orang, termasuk seorang gadis berusia 10 tahun, dua remaja berusia 16 tahun, dan seorang pria berusia 51 tahun.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, total 29 orang telah meninggal sejak pertempuran meletus. Korban meninggal setidaknya sembilan anggota Jihad Islam, 10 warga sipil, dan sembilan lainnya, termasuk empat orang yang menurut Israel meninggal dalam peluncuran roket yang gagal, yang afiliasinya masih belum pasti.
Militer Israel mengatakan, lebih dari 500 roket telah ditembakkan ke Israel. Sebagian serangan itu besar dicegat oleh sistem pertahanan rudal Israel atau jatuh di area terbuka.
Kerusakan dilaporkan ketika roket menghantam gedung-gedung yang kosong karena penduduk telah melarikan diri dari daerah tersebut. Tentara mengatakan, sekolah akan tetap ditutup dan pembatasan pertemuan besar akan tetap diberlakukan di Israel selatan hingga setidaknya Jumat (12/5/2023). Warga diperintahkan untuk tinggal di dekat tempat perlindungan bom.
Meski sebagian serangan berhasil digagalkan dan menghantam area yang sudah ditinggalkan penduduk, menurut militer, salah satunya menghantam sebuah bangunan tempat tinggal di Rehovot pada Kamis. Petugas medis mengatakan, seorang pria tua meninggal dan menjadi korban pertama yang meninggal di Israel dalam putaran terakhir pertempuran, dan lima orang lainnya terluka.
"Kami berada di puncak kampanye, baik ofensif maupun defensif. Siapa pun yang datang untuk menyakiti kita, darahnya hangus," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pernyataan rekaman video selama kunjungan ke pangkalan udara.
Upaya untuk menengahi gencatan senjata masih berlangsung dengan anggota biro politik Jihad Islam Mohamad al-Hindi tiba di Kairo untuk membahas rincian pada Kamis. Delegasi mediator Mesir juga melakukan perjalanan ke Israel.
Tapi, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan, upaya pembicaraan perdamaian terhenti. "Meskipun upaya keras kami, upaya ini masih belum membuahkan hasil dan hasil yang diinginkan," ujarnya.