Dituduh Bantu Kecurangan UTBK di USU, Ini Kata Bimbel Einstein

Bimbel Einstein klaim selalu minta siswa selalu jujur dan percaya kemampuan sendiri.

ANTARA FOTO
Ilustrasi: Peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) menjawab soal pada pelaksaan ujian.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pusat Bimbingan Belajar Einstein Medical, Rochmat Sukur, menyatakan, pihaknya tidak pernah melakukan kegiatan-kegiatan bersifat negatif dalam pembelajaran kepada muridnya. Hal itu dia sampaikan dalam merespons tudingan melakukan kecurangan dalam ujian tulis berbasis komputer (UTBK).

"Tidak benar itu kita melakukan hal-hal yang di luar norma dan kaidah yang dapat mencederai pendidikan di negara ini," ujar Rochmat di Jakarta, Sabtu (14/5/2023).

Rochmat menjelaskan, dalam melakukan pembelajaran pendidikan, pihaknya selalu menggunakan metode-metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam proses pembelajarannya pun para siswa didampingi oleh para pengajar yang telah tersertifikasi nasional, bahkan internasional.

"Selama ini, dengan tenaga pengajar yang profesional yang minimal standar juara Olimpiade Sains Nasional, kita selalu mengajarkan kepada para murid yang ada untuk selalu jujur dan percaya akan kemampuan sendiri dalam menghadapi sebuah ujian," kata dia.

Terkait dengan adanya pengakuan dari tujuh peserta UTBK Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) di Universitas Sumatera Utara (USU) yang diduga melakukan praktik kecurangan, Rochmat menyatakan akan mengecek lebih dulu apakah benar mereka benar merupakan murid di Bimbel Einstein Medical.

Bukan hanya itu, pihaknya saat ini juga telah membentuk tim khusus untuk melakukan audit dan investigasi secara menyeluruh di semua lini terkait adanya tudingan memasang alat perekam.

"Saya juga bersama para jajaran direksi juga membentuk tim untuk melakukan audit dan investigasi ke semua lini terkait pemasangan alat perekam seperti yang dituduhkan oleh pihak USU selama ini," kata dia.

Sebelumnya, pimpinan USU melaporkan tujuh peserta pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) 2023 kepada aparat kepolisian. Mereka disinyalir merupakan bagian dari sindikat bimbingan belajar.

"Tindak kecurangan tersebut pertama kali ditemukan oleh pengawas ruangan yang melihat tindak tanduk peserta yang mencurigakan," kata Wakil Rektor I USU Dr Edy Ikhsan di Medan, Sumatra Utara, Kamis (11/5/2023).

Edy memerinci, dari tujuh orang yang diduga melakukan kecurangan pada hari ketiga pelaksanaan UTBK, Rabu (10/5/2023), empat orang di antaranya merupakan peserta di Fakultas Kedokteran. Sisanya masing-masing satu orang di Fakultas Keperawatan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan Fakultas Psikologi.

Edy mengatakan, pengawas ujian melakukan prosedur pemeriksaan menggunakan alat pendeteksi logam (metal detector) terhadap setiap peserta UTBK. Mereka menemukan beberapa alat rekam yang dipasang di badan peserta.

"Kami apresiasi pengawas ruangan yang sigap melakukan pemeriksaan sehingga upaya kecurangan bisa digagalkan," ujarnya.

Ke depan, menurut Edy, USU akan memperketat prosedur pengawasan. Pimpinan USU berharap aparat kepolisian bisa membongkar kasus dugaan kecurangan UTBK itu karena mereka menyinyalir insiden itu melibatkan sindikat bimbingan belajar.

"Kalau kami lihat pola-pola yang dilakukan seperti ini memiliki jaringan. Alat yang mereka gunakan, pakaian yang digunakan, serta keterangan dari beberapa pelaku yang seragam, mengarah kepada hal itu. Tapi, sekali lagi ini ranahnya pihak yang berwajib," katanya.

Edy yang juga ketua Panitia Pelaksanaan UTBK 2023 di USU mengatakan kasus ini juga sudah dilaporkan kepada Balai Pengelolaan Pengujian Pendidikan (BP3) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadi penanggung jawab pelaksanaan UTBK secara nasional.

Menurut dia, seluruh pengawas yang bertugas di UTBK USU sudah dibekali dengan pemahaman dan pengenalan alat-alat yang biasa digunakan dalam tindak kecurangan UTBK.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler