Perkembangan Ekonomi Thailand Terancam Ketidakpastian Politik

Pemulihan ekonomi Thailand yang bergantung pada sektor pariwisata.

EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
File foto seorang wanita berjalan melewati dekorasi musim perayaan untuk mempromosikan penjualan di sebuah pusat perbelanjaan di Bangkok, Thailand, 14 Desember 2022. Perekonomian Thailand berkembang lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal pertama karena pemulihan pariwisata.
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Perekonomian Thailand berkembang lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal pertama karena pemulihan pariwisata. Sementara investor bersiap untuk ketidakpastian politik setelah oposisi mengamankan kemenangan pemilu yang menakjubkan pada Ahad (14/5/2023).

Baca Juga


Badan perencanaan negara Thailand mengingatkan, suasana pasca pemilihan harus tetap positif untuk membangun kepercayaan investor. Petinggi politik Thailand bersiap untuk membuat kesepakatan yang intens setelah pemilu.

"Yang perlu dilakukan secepat mungkin adalah pembentukan pemerintahan yang stabil yang akan segera melanjutkan kebijakan yang mendukung bisnis dan masyarakat," kata Ketua Dewan Pengirim Nasional Thailand Chaichan Chareonsuk.

Pemulihan ekonomi Thailand yang bergantung pada pariwisata telah tertinggal dari rekan-rekan regionalnya karena Covid-19. Namun, jumlahnya mulai meningkat dalam beberapa bulan terakhir ketika pengunjung Cina kembali.

Kebangkitan sektor yang menyumbang 11-12 persen dari produk domestik bruto (PDB) diharapkan dapat membantu mengimbangi dampak dari penurunan ekspor. Badan perencanaan negara Thailand menegaskan kembali prospeknya untuk pertumbuhan PDB 2,7-3,7 persen pada 2023, dibandingkan 2,6 persen tahun lalu.

Data dari Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional (NESDC) menunjukkan, ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini tumbuh 2,7 persen pada periode Januari-Maret dari tahun sebelumnya, dibandingkan pertumbuhan 1,4 persen pada kuartal sebelumnya. Secara triwulanan, PDB naik 1,9 persen yang disesuaikan secara musiman, dari kontraksi 1,1 persen yang direvisi pada triwulan keempat 2022.

Beberapa analis menggemakan, hasil dari pemilu membuat investor kemungkinan akan tetap berada dalam status menunggu pemerintahan baru dan kejelasan kebijakannya. "Sampai kejelasan politik tercapai, sektor swasta akan menunggu dan melihat sebelum memutuskan untuk berinvestasi, terutama dengan kekhawatiran janji untuk menaikkan upah minimum," kata Kepala Riset Pasar Modal Kasikornbank Kobsidthi Silpachai.

Sementara itu, NESDC mempertahankan perkiraan kedatangan turis asing di Thailand pada 2023 sebesar 28 juta. Negara ini mengalahkan target pariwisata pada 2022 dengan 11,15 juta pengunjung. Pra-pandemi 2019 mencatat rekor hampir 40 juta turis asing, yang menghabiskan 56 miliar dolar AS. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler