Saratoga Putuskan tak Tambah Investasi di Adaro

SRTG akui 85 persen untung bersumber dari perusahaan blue chip seperti ADRO.

Republika/Retno Wulandhari
Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya Devin Wirawan dalam acara paparan publik Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2022, Senin (15/5/2023). PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menyampaikan, Saratoga tak berencana menambah investasi di perusahaan berbasis kodomoditas sepeti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Rep: Retno Wulandhari Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menyampaikan, Saratoga tak berencana menambah investasi di perusahaan berbasis kodomoditas sepeti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Baca Juga


Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Devin Wirawan, Senin (15/5/2023), menyampaikan, kinerja kedua emiten tersebut sangat dipengaruhi oleh gejolak harga komoditas. Harga komoditas yang kini mulai mengalami penurunan pun turut mempengaruhi kinerja perseroan. Akibatnya, Saratoga merugi Rp 4,39 triliun pada kuartal I 2023.

"Strategi ke depan, kami berusaha untuk menciptakan pilar baru supaya ketergantungan kami dengan perusahaan-perusahaan portofolio dari industri sumber daya alam ini dapat berkurang," kata Devin. 

Namun alih-alih mengurangi kepemilikan sahamnya di kedua perusahaan tersebut, Devin menegaskan, SRTG lebih memilih untuk menambah investasi-investasi baru di sektor lain. Selain energi baru terbarukan (EBT), perseroan juga akan fokus ke sektor kesehatan.

Saratoga akan menambah sejumlah investasi baru di luar sektor sumber daya alam. "Salah satu industri yang menurut kami sangat bagus dan kami sudah melakukan investasinya adalah clean renewable energy," kata Devin.

Diversifikasi portofolio bisnis ini seiring dengan upaya perseroan mengurangi ketergantungan dengan portofolio bisnis di sektor sumber daya alam. Meski demikian, Devin mengakui, sekitar 85 persen keuntungan Saratoga dikontribusikan tiga perusahaan blue chip, termasuk ADRO dan MDKA.

Pada sektor kesehatan, SRTG sempat memiliki saham di rumah sakit Primaya, lalu menjualnya setelah rumah sakit tersebut berhasil berkembang dari empat rumah sakit menjadi 16 dengan operasional yang cukup baik. Dengan keberhasilan, SRTG terus mencari investasi baru dan mengembangkan sektor kesehatan.

Tahun ini, SRTG menargetkan dapat menyalurkan investasi sekitar 100 juta dolar AS hingga 150 juta dolar AS. "Berapa porsinya untuk sektor kesehatan dan energi terbarukan tentunya ini akan tergantung dengan peluang yang ada," kata Devin. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler