PM Thailand Prayut Bakal Berhenti dari Politik Setelah Kalah Dalam Pemilu?
Jenderal Prayut Chan-o-cha kembali mencalonkan diri sebagai perdana menteri Thailand.
REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK --Wakil pemimpin Partai United Thai Nation (UTN) Thanakorn Wangboonkongchana mengatakan bahwa ia tidak berpikir Perdana Menteri petahana Prayut Chan-o-cha akan melanjutkan karir politiknya, setelah partai mereka mengalami kekalahan dalam pemilihan umum di negara tersebut.
"Dia belum mengatakannya, tetapi saya rasa dia mungkin harus berhenti," kata Thanakorn kepada media lokal, Senin (15/5/2023).
Dia merujuk pada Jendral Prayut, 69 tahun, yang kembali mencalonkan diri sebagai perdana menteri di bawah bendera UTN. Hasil awal terbaru dari Komisi Pemilihan Umum Thailand menunjukkan partai-partai saingannya, Move Forward dan Pheu Thai, berada di dua posisi teratas dalam pemilihan umum pada Ahad (14/5/2023) lalu.
Partai Move Forward berada di urutan pertama dengan 152 kursi, diikuti oleh Partai Pheu Thai dengan 141 kursi. Adapun UTN berada di urutan kelima dengan 36 kursi.
Thanakorn menyatakan dukungannya kepada Jenderal Prayut dan menyampaikan kekagumannya kepada purnawirawan jenderal yang telah menjabat sebagai perdana menteri selama lebih dari delapan tahun di negara ini.
"Beliau telah bekerja untuk negara sepanjang hidupnya. Dia telah melayani negara ini selama sekitar delapan tahun sebagai perdana menteri. Saya yakin rakyat Thailand secara nasional tahu bahwa dia telah melakukan banyak hal untuk negara ini dan bahwa dia tidak pernah tercemar oleh apa pun - tidak ada korupsi sama sekali," kata wakil pemimpin partai.
"Saya percaya bahwa setidaknya, Gen Prayut atau Paman Tu akan tetap berada di hati masyarakat Thailand untuk waktu yang lama," tambahnya.
Jendral Prayut menjadi perdana menteri pada tahun 2014 setelah memimpin kudeta untuk menggulingkan pemerintahan Yingluck Shinawatra yang terpilih secara demokratis.
Junta militernya memerintah Thailand selama hampir lima tahun, sebelum pemilihan umum diadakan pada tahun 2019, di bawah konstitusi baru yang disusun oleh komite yang ditunjuk oleh militer.
Pada saat itu, Jenderal Prayut adalah satu-satunya kandidat perdana menteri dari partai pro-junta Palang Pracharat. Partai ini berhasil membentuk pemerintahan dengan sekutu-sekutu politiknya, meskipun Partai Pheu Thai yang memiliki mayoritas kursi di Majelis Rendah.
Jenderal Prayut mengikuti pemilihan umum kembali pada Ahad lalu, dengan harapan dapat tetap berkuasa setelah lebih dari delapan tahun menjabat. Pada Selasa (16/5/2023), ketika ia yang masih menjabat perdana menteri berbicara kepada media di Government House dan ditanya apakah ia akan tetap berada di dunia politik. "Tidak ada komentar," jawabnya.
Jenderal Prayut kemudian muncul dalam sebuah klip video yang dirilis oleh UTN. Dia berterima kasih kepada orang-orang yang telah memberikan suara mereka pada hari Ahad dan mempertahankan prinsip-prinsip partainya.
"Suara yang Anda berikan kepada kami telah menghangatkan hati kami, meskipun itu tidak cukup untuk memungkinkan kami untuk terus bekerja pada semua yang telah kami lakukan," katanya.
"Partai kami menegaskan bahwa kami akan selalu mempertahankan garis partai dan ideologi kami, yaitu menjunjung tinggi bangsa, agama, kerajaan dan rakyat, terlepas dari status atau peran kami. Ini adalah sebuah janji," ujar Prayut.