LPEM: Dana Pensiun Berpotensi jadi Kontributor Sektor Keuangan ke PDB

Kontribusi asuransi terhadap PDB pada 2045 diproyeksi sekitar 3-5 persen.

Dok. Kementan
Sosialisasi Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) akan digencarkan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengantisipasi terjadinya El Nino yang diperkirakan datang pada Agustus mendatang.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mengatakan dana pensiun berpotensi menjadi kontributor dari sektor keuangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Wakil Direktur Utama LPEM FEB UI Jahen Fachrul Rezki menjelaskan potensi tersebut berasal dari kondisi demografi yang dimiliki oleh Indonesia.

"Potensi peningkatan kontribusi sektor finansial ke GDP (Gross Domestic Product atau PDB) masih bisa dikembangkan, salah satunya lewat dana pensiun," kata Jahen saat konferensi pers Indonesia Financial Group (IFG) di Jakarta, Selasa (16/5/2023).

Dia menjelaskan potensi tersebut berasal dari kondisi demografi Indonesia. Saat ini, Indonesia sedang berada di fase bonus demografi, yakni ketika jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari jumlah penduduk berusia nonproduktif.

Artinya, pada 2045, tahun target visi Indonesia Emas 2045, ada banyak penduduk yang mulai memasuki usia pensiun. Dengan makin banyaknya penduduk yang masuk ke usia pensiun, maka kinerja dana pensiun akan meningkat, sehingga kontribusi dana pensiun ke PDB akan makin besar.

"Kami memperkirakan kontribusi asuransi terhadap PDB pada 2045 sekitar 3-5 persen. Jadi, memang secara substansial, masih banyak manfaat yang bisa kita dapatkan," jelas Jahen.

Meski begitu, ia mengatakan masih banyak masyarakat yang belum memahami dengan baik perlindungan dana pensiun dari asuransi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya mendorong tingkat literasi keuangan masyarakat, khususnya untuk produk asuransi.

Hal tersebut yang melandasi LPEM bekerja sama dengan IFG guna menyelenggarakan konferensi nasional yang mengumpulkan kajian ilmiah terkait asuransi dan dana pensiun. Kajian ilmiah yang terpilih diharapkan dapat menjadi solusi bagi sektor asuransi dan dana pensiun.

"Kami sepakat berkolaborasi karena topik asuransi ini penting, sebab menyangkut hidup orang banyak. Tapi, kontribusi ke PDB rendah, karena mungkin isunya masih kurang di akademik. Jadi, kami harap ada banyak kajian dari konferensi ini yang bisa dimanfaatkan untuk asuransi dan dana pensiun," ujarnya.

Konferensi nasional IFG menyajikan 66 kajian ilmiah yang membahas volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas sektor asuransi dan dana pensiun. Selain itu, kajian ilmiah terpilih juga membahas peluang dan inovasi digital yang bisa diterapkan pada asuransi dan dana pensiun.


Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler