Berawal dari Pikulan, Bisnis Kuliner Soto Betawi H Ma'ruf Bisa Bertahan Hingga 80 Tahun

Soto Betawi H Maruf masuk ke dalam Koleksi Juara Lokal GoFood.

Republika/Desy Susilawati
Rumah makan Soto Betawi Hj Maruf cabang Tebet, Jakarta Selatan.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesuksesan suatu bisnis salah satunya bisa terlihat dari berapa lama bisnis tersebut bertahan. Soto Betawi H Ma’ruf termasuk salah satu yang mampu berkembang melintasi zaman.

Sebenarnya, apa kunci sukes bisnis kuliner bisa bertahan lama? Pemilik Usaha Soto Betawi H Ma’ruf, Mufti Maulana, yang merupakan generasi ketiga rumah makan ini, mengatakan rahasia sukses bisnis mereka adalah tetap konsisten.

Sejak 1943, Soto Betawi H Ma'ruf konsisten mempertahankan cita rasa autentik betawi. Di sisi lain, keluarganya tidak menutup diri terhadap perkembangan zaman.

Baca Juga



"Saya dimentorin orang tua. Mengapa bisa bertahan? Kuncinya satu, konsisten dari zaman dulu sampai sekarang tetap jualan soto dan sate. Rasanya juga gitu-gitu saja," ujar Mufti dalam acara Jelajah Rasa Resto Juara Khas Jakarta dan Konferensi Pers - GoFood Kenalkan Koleksi Juara Lokal, di Jakarta, Kamis (26/5/2023).

Padahal, menurut Mufti, makanan serupa yang dijual sangat banyak. Bahkan, ada saja orang yang membandingkan antara makanan buatan A dan B.

"Kami bisa bertahan karena kuncinya konsisten," ujarnya.

Selain itu, Mutfi juga melakukan inovasi. Memang, inovasi secara resep sudah pasti tidak dilakukan olehnya. Dia hanya menambah menu, yaitu laksa.

Mufti mengungkapkan penjualan Soto Betawi H Ma'ruf sangat fluktuatif. Kalau sedang ramai, bisa sangat ramai. Untuk cabang Tebet, Jakarta Selatan, mereka bisa menjual 200 porsi soto per hari.

Cabang Soto Betawi H Ma'ruf
Mutfi menyebut, selain konsisten dan melakukan inovasi tambahan menu, pihaknya juga mengikuti perkembangan zaman. Awalnya, almarhum H.Ma'ruf, yang merupakan kakek dari Mufti, membangun usaha ini hanya berjualan keliling kampung dengan pikulan.

Setelah beberapa waktu, sang kakek pun jualan di atas trotoar Pasar Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Namun, lokasi itu tidak bersahabat untuk pedagang.

"Jualan kaki lima di atas trotoar, pindah di Pasar Cikini, diusir, pindah lagi di depan kelurahan, diusir lagi," ungkap Mufti.

H Ma'ruf kemudian ditawari berjualan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini. Namun, saat itu TIM masih berupa kebun binatang, belum menjadi pusat kebudayaan.

Kala itu, berjualan didalam TIM masih sangat sepi pembelinya. H Ma'ruf dan keluarga bahkan berpikir tidak akan bertahan lama berjualan di sana.

"Lama-kelamaan masyarakat mulai tahu kami ada di dalam TIM, yang niatnya tadi mau pindah di pinggir jalan lagi, malah bertempat di situ," ungkap Mufti.

Kemudian TIM mengalami revitalisasi. Selama revitalisasi, Soto Betawi H Ma'ruf membuka tempat sementara di Gondangdia. Namun, kini justru di kedua tempat tersebut mereka berjualan. Akhirnya kini Soto Betawi H.Ma'ruf memiliki empat cabang, yaitu TIM, Tebet, dan Gondangdia di Jakarta Pusat, serta pusatnya di Pramuka, Jakarta Timur.

"Kami tidak pakai waralaba. Selain mencari untung, kami juga lestarikan budaya Betawi. Jadi benar-benar dikelola keluarga," ungkapnya.

Bergabung dengan GoFood
Selain itu, Soto Betawi H Ma'ruf juga bergabung menjadi Mitra Usaha GoFood. Dengan begitu, usaha kuliner keluarga almarhum H Ma’ruf terus berkembang.

Bahkan, omzet Soto Betawi H Ma'ruf meningkat sebesar 30 persen. Kini, mereka pun masuk ke dalam Koleksi Juara Lokal GoFood.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler