Indonesia Kirim 1,5 Juta Vaksin ke Nigeria Senilai Rp 30 Miliar

Pengiriman vaksin merupakan salah satu upaya soft diplomacy pemerintah.

ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Pekerja merapihkan mobil pengangkut vaksin Pentavalent saat acara pemberian bantuan hibah pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Nigeria di Kantor Bea Cukai Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Ahad (28/5/2023). Pemerintah lewat Lembaga Dana Kerjasama Pembangunan Internasional (LDKPI) dan PT Bio Farma memberikan hibah vaksin Pentavalent sebanyak 1,5 juta dosis yang akan diberikan dalam dua tahap.
Rep: Novita Intan Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai bentuk komitmen dan peran aktif dalam mewujudkan kesehatan global, Indonesia melalui Indonesian AID (Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional/LDKPI) memberikan bantuan dukungan vaksinasi untuk penduduk Nigeria. Bantuan yang dikirimkan sebanyak 1,5 juta dosis vaksin pentavalen senilai total Rp 30,3 miliar.

Baca Juga


Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bantuan dikirimkan dalam dua tahap, pertama sebanyak 730 ribu  dosis vaksin, dan sisanya akan dikirimkan di tahap berikutnya. Bantuan vaksin sangat dibutuhkan masyarakat Nigeria yang selama ini mengalami kesulitan dalam mendapatkan vaksin untuk kebutuhan dalam negerinya.

“LDKPI merupakan salah satu tools bagi diplomasi Indonesia untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negara yang secara aktif ikut menjaga perdamaian dan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (29/5/2023).

Menurutnya pengiriman vaksin ke Nigeria merupakan langkah awal dari berbagai program melalui LDKPI dari hasil kelolaan endowment fund yang telah dialokasikan sebesar 8 triliun untuk mendukung diplomasi, khususnya soft diplomacy yang dilakukan Kementerian Luar Negeri maupun instansi terkait.

Dukungan dalam bentuk vaksin produk PT Bio Farma ini juga tidak terlepas dari upaya Indonesian AID dalam mendorong perluasan pasar produk-produk kesehatan produksi dalam negeri dan mendukung PT Bio Farma untuk mendirikan HUB di kawasan Afrika. Selain mempererat hubungan dan kerja sama bilateral, dukungan ini diharapkan juga dapat memajukan perekonomian nasional dengan mendorong perdagangan, membuka perluasan pasar, dan peluang investasi di Nigeria. 

 

Direktur Utama LDKPI Tormarbulang Lumbantobing menambahkan Vaksin pentavalen dengan merk dagang Pentabio ini diproyeksikan tidak hanya disalurkan, namun juga dapat diproduksi di Nigeria dengan menjalin kemitraan dan transfer teknologi dengan perusahaan setempat. Kerja sama pembangunan ini telah mendorong percepatan registrasi dan izin edar vaksin-vaksin produk PT Bio Farma di NAFDAC Nigeria, proses registrasi secara normal berlangsung selama lebih dari dua tahun.

“Indonesian AID bukan sekadar memberikan bantuan hibah, namun juga ada misi mendukung kemajuan perekonomian dalam negeri melalui mendorong perdagangan, membuka perluasan pasar internasional bagi pelaku usaha dalam negeri dan membuka peluang investasi,” ucapnya.

Vaksin Pentavalen merupakan vaksin kombinasi DTP-HB-Hib yang membantu pencegahan lima macam penyakit sekaligus, yaitu: difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B dan Haemophilus influenzae tipe B (Hib). Vaksin Pentavalen memberikan multi respon imun, dimana dengan satu kali suntikan diperoleh kekebalan tubuh terhadap 5 jenis penyakit (Diphtheria, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemophilus Influenzae tipe B) yang diberikan pada bayi usia dua, empat, dan enam bulan, sebanyak tiga dosis untuk setiap bayinya. Izin Edar produk ini telah disetujui di Indonesia sejak 2013 dan telah mendapat PQ WHO sejak 2014.

Nigeria merupakan negara dengan penduduk terbanyak sekaligus terpadat di benua Afrika. Dengan total populasi sebesar 211 juta penduduk, angka kelahirannya mencapai 7,7 juta bayi per tahun. Namun, cakupan imunisasi wajib di negara tersebut masih di bawah rata-rata.

Negara-negara berpendapatan menengah ke bawah (Low Middle-Income Country) di kawasan Afrika termasuk Nigeria memang mengalami kesulitan akses dalam mendapatkan vaksin. Hal itu dikarenakan tingginya harga serta mahalnya biaya produksi dan pengembangan. Hingga kini, negara-negara di Afrika masih bergantung pada pengadaan vaksin dari UNICEF, Covax Facility dan bantuan negara lain.

Di samping itu, Nigeria merupakan mitra dagang Indonesia yang terbesar kedua di Afrika setelah Afrika Selatan. Lebih dari 15 perusahaan Indonesia yang saat ini beroperasi di Nigeria seperti Indorama, Indofood, Kalbe Farma dan Sayap Mas Utama.

Pabrik mi instan milik Indofood yang didirikan di Nigeria sejak 1995, menjadikannya pabrik pembuatan mie instan terbesar di Afrika. Kedua negara juga rencananya akan membangun sebuah pabrik gas metana dan pabrik pupuk senilai 2,5 miliar dolar AS di Nigeria melalui Pertamina Indonesia dan Nigeria National Petroleum Corporation (NNPC).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler