Tafsir Surat Al-Hajj 37: Inti Qurban Bukan Penyembelihan Hewan, Melainkan Takwa
Ibadah qurban harus disertai dengan niat mencari keridhaan Allah SWT
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ayat ke-37 dalam surat Al Hajj ini, Allah SWT menegaskan kembali tujuan dari berkurban, yakni dengan niat bahwa hewan yang dikurbankan semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT dan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diterimanya selama ini.
Hal ini Karena darah yang mengalir dan daging-gading yang disembelih itu tidak akan pernah sampai jika tidak diniatkan berqurban karena Allah SWT.
Artinya uang yang kita keluarkan untuk membeli hewan qurban akan sia-sia karena tidak ada pahala dan keridhaan Allah SWT di dalamnya.
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَككُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah SWT atas petunjuk yang dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.” (QS Al Hajj ayat 37)
Tafsir dari Kementerian Agama
Allah SWT menegaskan lagi tujuan berqurban, ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mencari keridhaan-Nya. Dekat kepada Allah SWT dan keridhaan-Nya tidak akan diperoleh dari daging-daging binatang yang disembelih itu dan tidak pula dari darahnya yang telah ditumpahkan, akan tetapi semuanya itu akan diperoleh bila qurban itu dilakukan dengan niat yang ikhlas, dilakukan semata-mata karena Allah SWT dan sebagai syukur atas nikmat-nikmat yang tidak terhingga yang telah dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya.
Mujahid berkata, “Kaum Muslimin pernah bermaksud meniru perbuatan orang-orang musyrik Makkah. Jika menyembelih binatang kurban, mereka menebarkan daging-daging binatang itu disekitar Ka'bah, sedang darahnya mereka lumurkan kedinding-dinding Ka'bah dengan maksud mencari keridhaan tuhan-tuhan yang mereka sembah. Dengan turunnya ayat ini, maka kaum Muslimin mengurungkan maksudnya itu.”
Allah SWT menegaskan pula bahwa Dia telah memudahkan binatang qurban bagi manusia, mudah didapat, mudah dikuasai, dan mudah pula disembelih. Dengan kemudahan itu manusia seharusnya tambah mensyukuri nikmat yang telah dilimpahkan Allah SWT kepada mereka serta mengagungkan-Nya, karena petunjuk-petunjuk yang telah diberikan-Nya.
Pada akhir ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah saw menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta orang-orang yang melakukan qurban dengan ikhlas bahwa mereka akan memperoleh ridha dan karunia-Nya.
Baca juga: Mualaf Lourdes Loyola, Sersan Amerika yang Seluruh Keluarga Intinya Ikut Masuk Islam
Pada ayat yang lalu Allah SWT memerintahkan agar menyebut nama-Nya di waktu menyembelih binatang kurban, sedang pada ayat ini diperintahkan membaca takbir di waktu menyembelih binatang kurban. Kebanyakan ahli tafsir mengumpulkan kedua bacaan ini, yaitu dengan menyebut nama Allah SWT dan mengucapkan takbir.
Ucapanyang diucapkan itu ialah:
بِسْمِ اللهِ وَالله ُاَكْبَرُ مِنْكَ وَاِلَيْكَ “Dengan nama Allah, Allah SWT Maha Besar, dari Engkau dan untuk Engkau!”
Alasan dari mufasir itu ialah hadits Nabi Muhammad SAW. Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, "Nabi saw menyembelih pada hari raya qurban dua ekor domba yang mempunyai tanduk yang tajam dan berwarna putih kehitam-hitaman. Tatkala beliau menghadapkan keduanya ke kiblat, beliau mengucapkan, (artinya) “Sesungguhnya aku menghadapkan mukaku kepada yang menciptakan langit dan bumi dalam keadaan cenderung kepada agama yang benar," sampai kepada perkataan, 'dan aku adalah orang yang pertama kali yang menyerahkan diri. ‘Wahai Tuhan! Dari Engkau untuk Engkau, dari Muhammad dan umatnya, dengan nama Allah SWT dan Allah SWT Maha Besar, kemudian beliau menyembelihnya'. (HR Abu Dawud)