Kemenangan Erdogan di Pemilu Turki, Bertepatan dengan Pembebasan Konstantinopel?
Erdogan menang di putaran kedua Pemilu Turki dengan 52,16 persen suara
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Recep Tayyip Erdogan telah diumumkan sebagai pemenang pemilihan umum (pemilu) putaran kedua pemimpin Turki. Erdogan mengungguli pesaingnya, Kemal Kilicdaroglu, dengan 52,16 persen suara.
Massa pendukungnya pun turun ke jalan merayakan kemenangan ini. Adapun atas kemenangannya tersebut, Erdogan menyebut kemenangannya yang kedua ini seperti kemenangan Turki melawan Konstantinopel, serta mengubah nama kota itu menjadi Istanbul.
Terkait pembebasan Konstansinopel, hal ini terjadi tepat 570 tahun yang lalu atau 29 Mei 1453. Sultan Mehmed II berhasil membebaskan Konstantinopel selaku pusat Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium), sesuai dengan bisyarah Rasulullah SAW sekitar 8 abad sebelumnya.
Bisyarah Rasulullah yang disampaikan oleh Abdullah bin Amru pada shahabat:
فقال عبد الله بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه وسلم نكتب إذ سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أي المدينتين تفتح أولا قسطنطينية أو رومية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم مدينة هرقل تفتح أولا يعني قسطنطينية
Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, “Bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw untuk menulis, tiba-tiba beliau saw ditanya tentang kota manakah yang akan difutuh (dibebaskan) terlebih dahulu, apakah kota Konstantinopel atau kota Roma”. Rasulullah SAW menjawab, “Kota Heraklius (Konstantinopel) terlebih dahulu.” (HR Ahmad)
Dalam hadits lainnya disebutkan,
لتفتحن القسطنطينية فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش Artinya: “Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya.” (HR Ahmad)
Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia dan memiliki benteng pertahanan tidak tertembus, yang dibangun pada 330 M oleh Kaisar Theodosius. Kota ini menjadi ibukota Kekaisaran Romawi Timur Bizantium.
Baca juga: Mualaf Lourdes Loyola, Sersan Amerika yang Seluruh Keluarga Intinya Ikut Masuk Islam
Upaya Umat Islam dalam mengupayakan pembebasan Konstantinopel ini telah dilakukan sebanyak delapan kali. Lima kali usaha terjadi pada masa Umayyah, satu kali pada masa Abbasiyah, serta dua kali pada masa Utsmaniyah.
Pukul 05.37, Selasa, 29 Mei 1453 bertepatan dengan 20 Jumadil Ula 875 Hijriyah, di hari saat Sultan Mehmed II atau Sultan Muhammad Al-Fatih berupaya bergerak membebaskan kota tersebut, dia sempat mengucapkan doa mengagungkan Allah SWT sebelum matahari terbit. Diiringi guru, sahabat, dan para pasukannya, Al-Fatih mengendarai kudanya memasuki Kota Konstantinopel.
Sejak kecil, Al Fatih telah dididik oleh ulama-ulama besar. Di antaranya adalah Syekh Ahmad Al-Kurani yang membekalinya dengan Alquran dan Syekh Aaq Syamsuddin, yang tidak hanya menanamkan kemampuan beragama dan ilmu Islam, tetapi juga membentuk mental pembebas pada dirinya.
Syekh Syamsuddin pula yang selalu mengingatkan Muhammad Al-Fatih mengenai hadits Rasulullah SAW mengenai penaklukan Konstantinopel. Sejak itu Sultan Muhammad Al-Fatih bertekad untuk menaklukkan Konstantinopel.
Hadits yang dimaksud ini berbunyi, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335).
Adapun upaya yang dilakukan Sultan Mehmed II untuk membebaskan Konstantinopel terjadi sejak awal April 1453.
Bersama pasukannya, dia mencoba untuk melemahkan perlawanan, baik dengan meriam besar maupun serangan langsung.
Di hari puncak pertempuran atau pada 29 Mei itu, tentara Utsmani melancarkan serangan terakhir, yang mana diawali oleh infanteri dan diikuti oleh tentara Anatolia. Ketika 300 tentara Anatolia terbunuh, Janissari memulai serangan mereka.
Dengan kehadiran Sultan Mehmed II, pasukan Utsmaniyah semakin termotivasi dan pertarungan tangan kosong pun dimulai.
Seorang prajurit muda, Ulubatli Hasan, yang pertama kali mendirikan bendera Kesultanan Utsmani di dinding tanah Bizantium mati syahid.
Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh
Setelah mendobrak pintu masuk, pasukan Janissari berhasil memasuki lingkungan Belgradkapi dan bertempur sengit di Edirnekapi, yang akhirnya pertahanan Bizantium pun runtuh. Kaisar Konstantin terbunuh dalam pertempuran jalanan ini.
Selanjutnya, pasukan Utsmani berhasil masuk dari segala penjuru arah dan menghancurkan pertahanan Bizantium sepenuhnya.
Menjelang siang, Sultan Mehmed II memasuki kota dan langsung pergi ke Gereja Katedral Haghia Sophia, memberi perintah untuk mengubahnya menjadi Masjid.
Setelah perang itu, nama Konstantinopel pun diubah menjadi “Islambool” yang artinya “masuk Islam sepenuhnnya” atau “Islam secara keseluruhan”.