Putri Bruce Willis tak Menyangka Tingkah Aktor Die Hard Itu Dulu Tanda Awal Demensia
Bruce Willis berhenti akting setelah menderita demensia frontotemporal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tallulah Willis masih merenungkan perjuangan kesehatan ayahnya, Bruce Willis. Dalam esai emosionalnya untuk Vogue, putri bintang Die Hard dan Demi Moore yang berusia 29 tahun itu membuka cerita tentang pertama kali mengetahui ada yang salah dengan ayahnya.
Pada Februari 2023, keluarga aktor berusia 68 tahun itu mengungkapkan bahwa Bruce telah didiagnosis menderita demensia frontotemporal. Sebelumnya, pada Maret 2022, mereka mengumumkan bahwa Bruce akan pensiun dari dunia akting setelah didiagnosis afasia.
"Keluarga saya mengumumkan pada awal 2022 bahwa Bruce Willis menderita afasia, ketidakmampuan untuk berbicara atau memahami ucapan terkait gangguan di otak, dan kami mengetahui awal tahun ini bahwa gejala itu adalah ciri dari demensia frontotemporal, gangguan neurologis progresif yang merusak kognisi dan perilakunya hari demi hari," kata Tallulah dalam esai tersebut.
Tallulah menuliskan bahwa dia telah lama mencurigai kondisi kesehatan ayahnya. Ia sering mendapati ayahnya tidak merespons ketika disapa.
"Ini dimulai samar-samar dengan semacam nggak ada respons, yang oleh keluarga dianggap sebagai 'gangguan pendengaran Hollywood'. 'Bicaralah! Die Hard telah merusak telinga Ayah'," kata Talullah.
Seiring waktu, Bruce semakin tidak responsif. Tallulah mengaku terkadang itu membuatnya tersinggung.
"Dia memiliki dua bayi dengan ibu tiri saya, Emma Heming Willis, dan saya pikir dia sudah nggak sayang sama saya," ucap dia.
Dari pernikahannya terdahulu dengan Moore, Bruce memiliki anak, yakni Tallulah, Scout (31 tahun), dan Rumer (34). Dia juga ayah dari Mabel (11) dan Evelyn (9) dengan istrinya, Emma Heming Willis.
"Meskipun ini sangat jauh dari kebenaran, otak remaja saya menyiksa saya dengan matematika yang salah: Saya tidak cukup cantik untuk ibu saya, saya tidak cukup menarik untuk ayah saya," kata Tallulah sembari penuh haru menceritakan tentang masalahnya sendiri dengan dismorfia tubuh dan diagnosis gangguan kepribadian ambang.
Tallulah menceritakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, dia menyangkal masalah kesehatan ayahnya yang menurun. Penyangkalan itu juga masuk dalam masalah kesehatan mentalnya sendiri, yang termasuk menderita anoreksia nervosa dan diagnosis ADHD.
Sepanjang esai itu, dia menulis, "Ayah saya diam-diam berjuang". Tetapi, pada musim panas 2021, Talullah merasa terpukul karena kesehatan ayahnya menurun. Itu terjadi ketika dia berada di pesta pernikahan di Martha's Vineyard, Massachusetts, dan ayah mempelai wanita memberikan pidato yang mengharukan.
"Tiba-tiba saya menyadari bahwa saya tidak akan pernah memiliki momen itu. Itu sangat menghancurkan. Saya meninggalkan meja makan, melangkah keluar, dan menangis di balik semak-semak," kata Tallulah mengenang.
Sekarang, dalam masa pemulihannya sendiri, Tallulah mengatakan bahwa dia punya alasan untuk mengisi kehidupannya sendiri dan terutama dalam hubungannya dengan ayahnya. "Saya bisa memberinya energi yang cerah, di mana pun saya berada," kata dia.
Tallulah juga menceritakan dia mengambil banyak foto dan melihat berbagai hal dari sudut pandang baru ketika mengunjungi ayahnya yang terkenal itu. Dia juga menyimpan setiap pesan suara dari ayahnya di hard drive.
"Saya mencoba mendokumentasikannya agar punya rekaman untuk diperdengarkan kepada ayah kalau nanti dia terlupa hal-hal tentang dirinya dan mengenai saya," ujar Tallulah.
Apa aktivitas sehari-hari Bruce sekarang ini? Menurut Tallulah, ayahnya sering menghabiskan hari di lantai dasar rumah yang terdiri dari dapur, ruang makan, dan ruang keluarga. Bruce juga kerap berada di ruang kantornya.
Talullah menulis bahwa demensia sang ayah tidak memengaruhi mobilitasnya. Bruce juga masih ingat siapa Tallulah serta merasa ceria ketika sang putri memasuki ruangan.
Tallulah mencatat bahwa ada perbedaan antara demensia frontotemporal dan penyakit Alzheimer. Setidaknya, di awal penyakit, yang pertama ditandai dengan defisit bahasa dan motorik, sedangkan yang terakhir memunculkan lebih banyak kehilangan memori.
Di tengah diagnosis ayahnya yang bintang laga itu, Tallulah sekarang fokus pada kesejahteraan keluarganya dan bagaimana dia bisa membuat ayahnya lebih nyaman. Ahli saraf di Cleveland Clinic Lou Ruvo Center for Brain Health, Jagan Pillai, mengatakan bahwa harapan hidup seseorang dengan demensia frontotmeporal bergantung pada bagian otak yang terkena, seberapa parah pengaruhnya, dan tingkat perkembangan penyakitnya.
Sementara itu, Cleveland Clinic mencatat rata-rata harapan hidup setelah diagnosis FTD adalah 7,5 tahun. Association for Frontotemporal Degeneration memberikan rentang tujuh hingga 13 tahun.