Saat Nabi Muhammad Menyembelih 63 Ekor Unta untuk Kurban

63 ekor unta kurban disembelih sendiri oleh Nabi Muhammad.

Rehan Khan/EPA
Saat Nabi Muhammad Menyembelih 63 Ekor Unta untuk Kurban. Foto: Unta kurban / ilustrasi.
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada akhir bulan Zulkaidah tahun 10 Hijriyah, Rasulullah mengumumkan niatnya untuk melaksanakan haji yang mabrur. Maka umat Islam datang berbondong-bondong ke Madinah, semua hendak ikut beliau.

Baca Juga


Pada hari Sabtu empat hari sebelum habisnya bulan Zulkaidah, beliau berkemas-kemas untuk berangkat, dengan menyiapkan bekal perjalanan, berminyak dan mengenakan mantel. Selepas zuhur beliau berangkat hingga tiba di Dzul Hulaifah sebelum shalat ashar.

Beliau sholat Ashar di sana dan tetap berada di sana hingga keesokan harinya. Pagi-pagi beliau bersabda kepada para sahabat, "Semalam aku didatangi utusan dari Rabku yang menyatakan sholatlah di lembah yang penuh barakah ini, dan katakan, umroh beserta haji.

Sebelum sholat Zhuhur Rasulullah mandi untuk niat ihram. Kemudian Aisyah memercikan minyak wangi kepada tubuh dan kepala beliau, hingga tetesan minyak wangi itu terlihat meleleh di anak-anak rambut dan jenggot beliau. Tetesan minyak wangi itu dibiarkan begitu saja dan tidak dibasuhnya.

Setelah itu beliau mengenakan mantel dan selendang. Sholat zhuhur dilakukan dua rakaat, kemudian membacakan talbiyah untuk haji dan umroh di tempat shalat itu, membaca secara berurutan antara keduanya, lalu beranjak menunggang Al-Qashwa.

Beliau meneruskan perjalanan hingga mendekati Makkah, singgah sementara waktu di Dzu Thuwa, kemudian memasuki Makkah setelah mendirikan sholat Subuh dan mandi pagi hari pada hari Senin tanggal 4 Dzulhijah 10 H. Perjalanan ditempuh selama 8 hari, yang berarti dengan kecepatan sedang-sedang saja.

Setelah memasuki Masjidil Haram beliau langsung thawaf mengelilingi Kakbah, lalu disusul dengan sa'i antara Shafa dan Marwah tanpa bertahallul, sebab beliau berniat melaksanakan haji qiran. Kemudian beliau menetap di bukit Makkah di Al-Hujjun dan tidak lagi melakukan thawaf kecuali tawaf untuk haji.

Bagi sahabat yang tidak mempunyai hewan kurban diperintahkan agar menjadikan ihramnya sebagai umrah, lalu mereka tawaf mengelilingi Ka'bah dan disusul dengan sa'i antara Safa dan Marwah, lalu bertahalul secara sempurna. Tampaknya mereka masih ragu-ragu untuk melaksanakannya, namun akhirnya mereka menurutinya dan melaksanakannya.

Pada tanggal 8 Dzulhijah, atau tepatnya hari Tarwiyah, beliau pergi ke Mina dan sholat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh di sana. Setelah menunggu beberapa saat hingga matahari terbit, beliau melanjutkan perjalanan hingga tiba di Arafah dan tenda-tenda sudah didirikan di sana. Beliau masuk tenda yang diperuntukkan bagi beliau.

 

Setelah matahari tergelincir, beliau meminta untuk didatangkan Al-Qashwa, lalu menungganginya hingga tiba di tengah Padang Arafah. Di sana sudah berkumpul sekitar 124 ribu atau 140 ribu orang Muslim. Beliau berdiri di hadapan mereka menyampaikan pidato secara umum. "Wahai sekalian manusia, dengarkanlah perkataanku! Aku tidak tahu pasti, boleh jadi aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah tahun ini dengan keadaan seperti ini.

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (Al-Maidah: 3)

Umar bin Al-Khaththab yang mendengarnya tak kuasa menahan air matanya. Ada yang bertanya, "Mengapa engkau menangis?" Dia menjawab. "Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan."

Setelah pidato itu Bilal melantunkan adzan dan disusul iqamat. Kemudian Rasulullah melaksanakan sholat zhuhur bersama orang-orang. Setelah Bilal melantunkan iqamat lagi, beliau menyusulinya dengan sholat ashar, dan tidak ada sholat antara keduanya.

Kemudian beliau menunggang Al-Qashwa hingga tiba di tempat wukuf. Di sana Al-Qashwa menderum hingga perutnya menempel di pasir. Beliau tetap berada di atas punggung Al-Qashwa' hingga matahari terbenam. Keremangan senja lambat laun mulai menghilang.

Setelah memboncengkan Usamah, beliau melanjutkan perjalanan ke Muzdalifah. Beliau sholat maghrib dan isya di sana, dengan satu adzan dan dua iqamat, tanpa ada sholat apapun di antara keduanya. Kemudian beliau berbaring hingga fajar menyingsing. Setelah adzan dan iqamat, beliau melaksanakan shalat subuh. lalu naik ke punggung Al-Qashwa' dan pergi ke Al-Masy aril Haram. Dengan menghadap ke arah kiblat, beliau berdoa, bertakbir, bertahlil, dan mengesakan Allah.

Dari Muzdalifah beliau pergi ke Mina sebelum matahari terbit, dengan memboncengkan Al-Fadhl bin Abbas, hingga tiba di Mahsar. Kemudian melewati jalan pertengahan yang menghubungkan Jumrah Kubra yang ada di dekat sebuah pohon pada masa itu, yang disebut Jumrah Aqabah atau Jumrah pertama.

Beliau melemparnya dengan tujuh butir batu kerikil, sambil bertakbir setiap kali lemparan. Kemudian beliau beranjak ke tempat penyembelihan kurban dan menyembelih 63 ekor unta dengan tangan beliau sendiri, kemudian beliau menyerahkan kepada Ali bin Abu Thalib yang menyembelih 37 ekor unta, hingga semuanya genap seratus ekor unta.

Beliau memerintahkan untuk mengambil sebagian daging dari masing-masing ekor onta, lalu dimasak dan beliau memakan daging dan meminum kuahnya.

Dengan menunggang Al-Qashwa beliau pergi menuju Ka'bah dan shalat zhuhur di Makkah. Beliau menghampiri orang-orang dari Bani Abdul Muthalibyang sedang mengambil air dari sumur Zamzam.

Beliau bersabda, "Biarkanlah orang-orang Bani Abdul Muthalib. Kalau tidak karena ada orang-orang yang akan merebut air minum kalian, tentu aku sudah bergabung bersama kalian." Lalu mereka menyodorkan setimba air, lalu beliau meminumnya.

Pada hari kurban atau tanggal 10 Dzul Hijjah, tepatnya pada waktu dhuha, Nabi menyampaikan pidato dari atas pungguk bighal, yang ditirukan Ali dengan suara nyaring. Sementara orang-orang ada yang berdiri dan ada pula yang duduk-duduk. Isi pidato kali ini banyak mengulang pidato yang beliau sampaikan sehari sebelumnya.

Asy-Syaikhani meriwayatkan dari Abu Bakrah, dia berkata. "Nabi menyampaikan pidato kepada kami pada hari kurban. Beliau bersabda. "Sesungguhnya zaman itu berputar seperti bentuknya saat langit dan bumi diciptakan. Satu tahun ada 12 bulan, di antaranya empat bulan suci, tiga bulan berturut-turut, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram, serta Rajab yang terletak antara dua Jumada dan Sya'ban."

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler