AS Sanksi Kelompok Orang Moldova yang Memiliki Koneksi Dengan Rusia
Moldova mengajukan bergabung dengan Uni Eropa tahun lalu.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi pada sekelompok orang yang memiliki koneksi dengan intelijen Rusia. Kelompok tersebut diduga membantu Kremlin merusak stabilitas pemerintah terpilih Moldova yang pro-Barat melalui unjuk rasa di ibukota Moldova pada awal tahun ini.
Kantor Pengendalian Aset Asing Kementerian Keuangan AS menjatuhkan sanksi pada tujuh anggota kelompok yang memiliki koneksi dengan oligarki Moldova, Ilan Shor yang melarikan diri dari negara itu pada 2019 setelah didakwa serangkaian kasus korupsi dan tinggal di Israel sejak saat itu.
Shor yang berusia 36 tahun juga ketua Partai Shor yang dekat dengan Rusia. Partai itu menggelar unjuk rasa anti-pemerintah sejak musim gugur lalu.
Pengunjuk rasa menuntut pemerintah mensubsidi penuh tagihan biaya listrik musim dingin masyarakat di tengah krisis biaya hidup dan "tidak terlibat dalam perang." Mereka juga menuntut Presiden Maia Sandu untuk mundur.
"Aktor-aktor ini bagian dari operasi informasi global Rusia yang juga mengincar Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan negara-negara Balkan," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam pernyataannya, Senin (5/6/2023).
"Tujuan operasi ini merusak stabilitas untuk melemahkan dukungan pada prinsip dan pemerintahan demokratis," tambahnya.
Moldova yang bagian dari Uni Soviet sampai 1991 dan mengajukan bergabung dengan Uni Eropa tahun lalu menjadi latar persaingan geopolitik Barat dan Moskow selama bertahun-tahun. Sejak Rusia menginvasi Ukraina, tetangga Moldova, negara 2,6 juta populasi itu didera berbagai masalah.
Termasuk krisis energi akut setelah Moskow mengurangi passokan gasnya ke negara itu. Moldova juga dilanda inflasi dan ruang udaranya kerap dilewati rudal nyasar.
Pada Februari lalu Sandu menuduh Moskow menggunakan pengunjuk rasa untuk memicu kerusuhan untuk menggulingkan pemerintahannya. Moskow membantah tuduhan tersebut sementara seorang pejabat intelijen AS mengungkapkan kekhawatiran serupa.
Pada Maret lalu polisi Moldova mengatakan mereka menggagalkan kelompok yang didukung Rusia untuk memicu kerusuhan selama unjuk rasa. Bulan lalu pawai pro-Eropa digelar di Ibukota Chisinau, di mana puluhan ribu orang mengungkapkan dukungan pada pemerintah dan langkah menuju Uni Eropa.
Pekan lalu Moldova menjadi pusat diplomasi Eropa setelah menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi yang bertujuan mengatakan konflik di kawasan dan memperkuat persatuan Eropa dalam menghadapi perang Rusia. Kedutaan Besar AS di Moldova memberi tanggapan atas sanksi-sanksi AS.
"Moldova adalah masa depan Eropa, sayangnya terdapat kekuatan asing yang tidak menghormati pilihan yang telah diambil rakyat Moldova," kata kedutaan.
AS menjatuhkan sanksi pada Shor pada musim gugur lalu karena ia bekerja sama dengan "oligarki korup dan entitas yang bermarkas di Moskow untuk menciptakan kerusuhan di Moldova" dan merusak upaya negara itu bergabung dengan Uni Eropa. Inggris memasukan Shor dalam daftar sanksi pada bulan Desember.