Iran Memperkuat Diri dengan Rudal Balistik 

Iran dipersenjatai dengan jumlah rudal balistik terbesar di kawasan.

EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENARE
Berbagai jenis rudal Iran jarak jauh dan pembawa roket dipajang di sekitar pameran pertahanan di Teheran, Iran, Jumat (24/2/2023).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran meluncurkan rudal balistik hipersonik buatan dalam negeri pertama, Selasa (6/6/2023). Ini akan meningkatkan kekhawatiran Barat pada kemampuan rudal Teheran. Berikut beberapa fakta program rudal Iran, salah satu yang terbesar di Timur Tengah. 


Pengaruh Militer

Rudal hipersonik dapat terbang setidaknya 15 kali lebih cepat dari kecepatan suara dan pada lintasan yang rumit sehingga sulit untuk dicegat. 

Iran mengatakan rudal balistiknya dapat memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer dan dapat digunakan sebagai serangan pembalasan terhadap AS, Israel, dan target regional potensial lainnya. 

Kekhawatiran tentang rudal balistik Iran berkontribusi pada keputusan mantan presiden Donald Trump yang secara sepihak membatalkan pakta nuklir Teheran pada 2018. Pakta nuklir ini disepakati pada 2015 antara Iran dengan enam kekuatan utama.

Menurut Kantor Direktur Intelijen Nasional AS, Iran dipersenjatai dengan jumlah rudal balistik terbesar di kawasan. Asosiasi Pengendalian Senjata mengatakan, rudal Iran sebagian besar merujuk desain Korea Utara dan Rusia. Mereka juga mendapatkan bantuan Cina.

The Arms Control Association mengatakan, Iran memiliki rudal balistik jarak pendek dan jarak menengah. Deretan rudal itu antara lain Shahab-1, dengan kisaran jangkauan 300 kilometer, Zolfaghar 700 kilometer.

Ada pula Shahab-3 antara 800 hingga 1.000 kilometer, dan Emad-1, rudal yang sedang dikembangkan dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer. Iran juga sedang mengembangkan rudal Sejiil dengan jangkauan 1.500 hingga 2.500 kilometer.

Rudal Jelajah

Iran memiliki rudal jelajah seperti Kh-55, senjata berkemampuan nuklir yang diluncurkan dari udara dengan jangkauan hingga 3.000 kilometer. Selain itu, Iran punya rudal antikapal canggih Khalid Farzh dengan jangkauan 300 kilometer yang bisa membawa hulu ledak 1.000 kg.

Serangan Regional

Arab Saudi dan AS meyakini Iran di balik serangan drone dan rudal terhadap fasilitas minyak berharga Saudi pada 2019. Namun Teheran membantahnya. Pada 2020, Iran meluncurkan serangan rudal terhadap pasukan pimpinan AS di Irak, termasuk pangkalan udara al-Asad. 

Serangan ini sebagai pembalasan atas serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan komandan tertinggi Iran, Qassem Soleimani, yang menimbulkan kekhawatiran munculnya konflik lebih luas di Timur Tengah. 

Baca Juga: Israel Khawatir Rudal Hipersonik Baru Iran akan Sulit Dicegat

Kemudian pada 2022, Iran menunjukkan kehebatannya ketika menyerang Erbil di Irak utara dengan selusin rudal balistik. Serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya di ibu kota wilayah otonomi Kurdi Irak.

Mendukung Houthi di Yaman

Milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman juga menunjukkan penguasaan teknologi rudal yang meningkat. AS menuduh Iran mempersenjatai Houthi. Namun Teheran membantah. Houthi menembakkan sejumlah rudal balistik di Abu Dhabi dan menembakkan beberapa drone di Dubai, yang merupakan pusat bisnis regional.

Dalam serangan lain, Houthi menyerang pangkalan yang menampung militer AS di UEA. Namun serangan ini digagalkan oleh sistem pencegat rudal Patriot buatan AS.  Serangan itu menyebabkan pasukan AS berlindung ke bunker.

Dukungan untuk Hizbullah

Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran Hassan Nasrallah mengatakan, kelompok itu memiliki kemampuan mengubah ribuan roket menjadi rudal presisi dan memproduksi drone. Tahun lalu, ia mengatakan Hizbullah mampu mengubah roket standar menjadi rudal presisi melalui kerja sama dengan para ahli dari Iran.

Suriah

Menurut pejabat intelijen Israel dan Barat, Iran telah mengirimkan rudal berpemandu presisi ke Suriah untuk mendukung perjuangan Presiden Bashar al-Assad melawan pemberontak. 

Iran juga memindahkan sebagian kapasitas produksinya ke kompleks bawah tanah di Suriah, di mana militer al-Assad dan pasukan pro-Teheran lainnya telah belajar membuat misil mereka sendiri. 

 

Rudal Iran sulit dideteksi

Para analis media dan komentator di Israel telah mendiskusikan kemampuan rudal hipersonik baru Iran yang diresmikan pada hari Selasa (6/6/2023) oleh Panglima Tertinggi Korps Garda Revolusi Islam, Mayor Jenderal Hossein Salami. Dikatakan bahwa rudal Fattah memberikan Iran keunggulan militer yang "signifikan" di wilayah tersebut.

Menurut Nir Dvori, seorang komentator militer di Channel 12 Israel, rudal ini akan "sulit untuk dideteksi, diamati, dan dicegat". Sementara itu, komentator urusan Arab di saluran tersebut, Ohad Hamo, mengatakan bahwa rudal Iran merupakan langkah lain untuk "menghalangi" Israel melancarkan serangan militer apa pun terhadap Republik Islam.

Dia juga menunjukkan rudal Fattah akan sulit dicegat karena kecepatannya - Mach 13 - dan kemampuan manuvernya. "Tidak ada sistem pertahanan rudal yang bisa menghantamnya". AS tidak memiliki rudal hipersonik, tambahnya, hanya Cina dan Rusia yang memilikinya.

"Peluncuran rudal hipersonik Fattah oleh Iran merupakan sebuah pesan bagi Israel," tulis surat kabar Israel, Maariv, Rabu (7/6/2023).

Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan kepada mereka yang hadir dalam upacara peluncuran rudal tersebut pada Selasa. "Kami tahu bahwa pencapaian ini membuat musuh-musuh kami marah, tetapi kami katakan kepada mereka, matilah dalam kemarahan Anda, karena pencapaian ini membuat rakyat Iran bahagia," ujarnya.

"Apa yang dicapai oleh Angkatan Udara Garda Revolusi adalah karya ilmiah dan lokal yang jauh dari tekanan asing," kata Raisi.

Raisi menegaskan bahwa kekuatan penangkalan Iran murni bersifat defensif, tidak pernah ofensif. Menurut Raisi, rudal ini adalah titik kekuatan yang berkontribusi untuk membangun keamanan di kawasan ini. Rudal ini berarti bahwa wilayah ini akan aman dari pelaku kejahatan dan agresi asing.

"Pesan bagi mereka yang berpikir untuk menyerang Iran adalah bahwa Republik Islam adalah negara yang kuat dan kekuatannya bertujuan untuk mendukung rakyat Iran dan orang-orang yang tertindas di dunia," tegasnya

Tingkatkan jangkauan

Iran telah mengungkapkan rudal balistik hipersonik Fattah kepada publik. Rudal ini diklaim memiliki kemampuan menghantam sistem pertahanan. Kemampuan yang bakal menjadi perhatian lebih serius dari Israel dan negara-negara Barat.

Sebenarnya, apa rudal hipersonik ini? Rudal hipersonik merupakan proyektil yang mampu bergerak dalam kecepatan Mach 5 atau lima kali kecepatan suara. Atau bisa dikatakan rudal ini bergerak dengan kecepatan 1,7 km per detik atau  6.174 km per jam. 

Sejumlah rudal balistik sudah mencapai kecepatan seperti ini. Namun, jenis baru senjata ini mampu memisahkan diri yang kemudian mengarah secara acak ke target setelah meluncur ke atmosfer bumi. Maka akan lebih sulit dideteksi oleh sistem radar.

Rudal ini juga bakal lebih sulit dihancurkan oleh tameng pertahanan musuh. Namun ada tantangan yang dihadapi. Satu sisi, di atmosfer lebih tinggi menghasilkan suhu tinggi ekstrem. Di sisi lain, kecepatan intens menghasilkan partikel superpanas yang mengelilinginya. 

Kondisi tersebut membuat sulit bagi radio komunikasi mendeteksinya. Sejauh ini, Rusia dan Cina memamerkan senjata hipersoniknya Moskow satu-satunya yang telah menguji senjata hipersonik di pertempuran. AS juga telah mengujinya tapi jauh tertinggal dari dua rivalnya itu. 

Lalu, seperti apa rudal hipersonik Iran? Beberapa bulan setelah Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) pertama kali mengumumkan pada November tahun lalu bahwa mereka punya rudal hipersonik, baru Selasa (6/6/2023), rudal bernama Fattah itu dipamerkan. 

 

Iran menyatakan,’’Proyektil ini mempunyai jangkauan 1.400 km dan mampu bergerak dengan kecepatan hingga Mach 15 atau 5,1 km per detik sebelum menghantam target.’’ Dengan kemampuan seperti ini, mestikah ini mencuri perhatian Israel dan Barat?

Jangkauan Fattah saat ini baru sebatas jarak antara Teheran dan Tel Aviv tetapi komandan dirgantara IRGC, Amir Ali Hajizadeh, menegaskan, "Kami bisa menaikkan jangkauan hingga 2.000 km dalam waktu dekat.’’ Demikian seperti dilansir Aljazirah, Rabu (7/6/2023).

Dengan klaim Iran mengenai kecepatan Fattah, rudal ini secara teoritis bisa mengenai sejumlah sasaran di Israel kurang dari tujuh menit. Ini tak memungkinkan adanya ruang bagi Israel mendeteksi dan mengadang meski menggunakan sistem pertahanan Iron Dome. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler