Ukraina dan Rusia Saling Menyalahkan Atas Kerusakan Bendungan Nova Kakhovka
NATO dan PBB mengecam Rusia atas hancurnya Bendungan Nova Kakhovka.
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kehancuran Bendungan Nova Kakhovka menimbulkan ancaman bencana kemanusiaan baru di medan perang di Ukraina. Tepat saat Ukraina mempersiapkan serangan balik yang sudah lama ditunggu untuk memukul mundur pasukan Rusia dari wilayahnya.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pasukannya berhasil menggagalkan tiga hari pertama serangan balik di medan pertempuran. Shoigu mengklaim sebanyak 3.700 pasukan Ukraina tewas atau terluka.
Ukraina membantah pernyataan Rusia tersebut dan menyebutnya sebagai kebohongan. Tapi Kiev tidak mengungkapkan detail serangan tersebut.
Rusia menguasai bendungan tersebut sejak invasinya ke Ukraina yang sudah berlangsung selama 15 bulan. Meski tahun lalu pasukan Ukraina merebut kembali utara tepi Sungai Dnipro. Kedua belah pihak sudah lama saling tuduh siapa yang berencana menghancurkan bendungan Nova Kakhovka.
"Teroris Rusia, kehancuran bendungan pembangkit listrik tenaga air Kakhovka hanya mengkonfirmasi ke seluruh dunia mereka harus diusir dari setiap sudut tanah Ukraina," tulis Zelenskky di aplikasi kirim pesan Telegram, Senin (6/6/2023).
Sekretaris Jenderal Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg menyebut penghancuran bendungan sebagai 'aksi yang keterlaluan yang sekali lagi menunjukkan brutalitas perang Rusia di Ukraina.'
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan PBB belum memiliki informasi independen bagaimana bendungan dapat hancur. Ia menyebutnya sebagai 'konsekuensi menghancurkan lainnya' invasi Rusia.
Atas permintaan Rusia dan Ukraina, Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan membahas bendungan tersebut. Dalam dokumen permintaannya Rusia menyebut insiden kehancuran bendungan sebagai 'aksi sabotase yang dilakukan Ukraina.'
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga menyalahkan 'pihak Ukraina yang sengaja melakukan sabotase.'
Sebelumnya pejabat yang ditempatkan Rusia memberikan pernyataan yang bertentangan. Beberapa mengatakan rudal Ukraina mengenai bendungan tersebut sementara yang lainnya bendungan ambruk karena kerusakan sebelumnya.
Badan pemantau nuklir PBB mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di hulu waduk yang dikuasai Rusia, harus memiliki cukup air untuk mendinginkan reaktor "selama beberapa bulan" dari kolam terpisah. Bahkan saat waduh besar sudah kering.